Home Ekonomi Kehati : Keanekaragaman Hayati Kunci Kedaulatan Pangan

Kehati : Keanekaragaman Hayati Kunci Kedaulatan Pangan

Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif Kehati, Rony Megawanto mengatakan pihaknya telah menyelesaikan policy brief untuk mengakomodasi keanekaragaman pangan dalam kebijakan pembangunan.

"Kita menyampaikan policy brief ke Pak Anang (R. Anang Noegroho Setyo Moeljono, Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas) dalam rangka 25 tahun Kehati," katanya dalam "Talkshow Keberagaman Sebagai Jawaban Sumber Pangan ke Depan" yang diadakan Kehati di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (29/7).

Rony mengatakan bahwa keanekaragaman pangan merupakan kunci untuk menciptakan kedaulatan pangan. Ia mencontohkan bagaimana penduduk Desa Boti, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil menjaga ketahanan pangannya melalui keanekaragaman pangan.

"Ketika kabupaten ini (NTT) dinobatkan dengan angka stunting tertinggi di Indonesia, di desa ini (Boti) tidak ada kasus stunting dan gizi buruk," ucapnya.

Selanjutnya pada beberapa pemerintah daerah seperti Flores Timur sudah mendorong penerapan keanekaragaman pangan dengan menggunakan bahan baku lokal seperti sorgum, jawawut, dan lainnya.

Ia turut menyayangkan beberapa kebijakan pemerintah yang dinilai kurang sesuai dengan kearifan lokal dan kondisi lingkungan setempat. "Kalau sawah dicetak di lahan yang subur tak masalah, kalau dicetak di lahan yang tidak cocok jadi masalah, misalnya lahan gambut," ujarnya lagi.

Pendiri Kehati, Prof Emil Salim mengakui biaya penganekaragaman pangan lebih mahal dan penyeragaman pangan lebih efektif untuk memangkas biaya. Namun penganekaragaman pangan menurutnya juga punya sisi positif karena mengurangi ketergantungan pangan terhadap satu komoditas.

"Jadi rakyat kita senantiasa bisa memilih pangan yang ada dan tidak bergantung pada impor dan tidak tergantung goncangan harga dari produk beras itu karena inflasi salah satu pemicunya ada beras," ucapnya.

Emil berharap pemerintah agar lebih memerhatikan upaya penganekaragaman pangan. "Bahwa strategi pembangunan masa depan Jokowi tahap kedua harus melihat swasembada pangan lebih penting dari swasembada beras," ia menambahkan.

158