Home Milenial Semarang Literary Triennale : Nasib Penerbit Semarang

Semarang Literary Triennale : Nasib Penerbit Semarang

Semarang, Gatra.com -  Sekumpulan sastrawan semarang menggelar diskusi di Taman Srigunting dan Gedung Oudetrap Kota Lama. Salah satu rangkaian acara dari Semarang Literary Triennale itu bertema "Sastra Semarang, Piye Kabare?"  berlangsung pada  27-28 Juli 2019.

Kegiatan ini terdiri dari mulai dari bazar buku, forum diskusi, lapak baca, pembacaan puisi, hingga pentas seni. Sehingga banyak sekali sastrawan yang berdatangan.

Penerbit Beruang dan Gigih Pustaka dari Semarang membahas  prinsip, estetika, hingga pengelolaan penerbitan.

Koskow, penerbit Gigih Pustaka yang dulu juga menjadi penulis di Gramedia menceritakan keluh kesahnya menjadi penerbit indie.
"semua harus serba ikhlas," tuturnya, Minggu (28/7) malam .

Menerbitkan buku berbulan-bulan dengan proses penulisan, editing, serta pemilihan design cover yang sulit namun hanya beberapa buku saja yang terjual. Ia juga menyatakan bahwa kepuasan dan kualitas buku adalah yang utama. "Semua buku harus dimuliakan dengan pemilihan dan pemberian design cover yang bagus," katanya.

Kedua penerbit ini bersepakat untuk tidak meng-endors karyanya dan tidak mengejar target. "Sama dengan Beruang, Pustaka juga tidak di-endors. Menurut mereka, biarkan karya tersebut berbicara sendiri dengan pembacanya.

Koskow sangat menyayangkan Perpusda Semarang yang bukunya malah disuplai oleh penerbit-penerbit besar. "Banyak penulis lokal yang tulisannya bagus, tapi sayangnya di perpusda bukunya malah dari luar," katanya.

Di akhir sesi Widyanuri, Penerbit Beruang menyatakan bahwa jika dalam kurun waktu 3 tahun penerbit indie stabil, kemungkinan akan bermunculan penerbit-penerbit baru di Semarang.  Semoga.

24