Yangon, Gatra.com - Longsor di tambang batu giok, Hpakant, di negara bagian Kachin, Myanmar menewaskan 14 orang. Empat koban diantaranya adalah polisi.
Dilansir Reuters, Minggu (28/7), empat orang juga dilaporkan hilang dan diduga meninggal dunia akibat longsor. Pusat galian giok sering dilanda bencana mematikan. Pemerintah setempat telah berjanji untuk membersihkan industri pertambangan dari wilayah tersebut.
Pada April lalu, 55 karyawan perusahaan pertambangan terbunuh akibat longsor di tempat galian para pekerja tambang. Hal itu menyebabkan pihak berwenang mencabut izin 17 blok pertambangan karena masalah keamanan.
Kepala polisi di daerah setempat, Than Win Aung mengatakan, 14 mayat telah ditemukan di lokasi perkara termasuk empat anggota polisi yang ikut menjadi korban.
"Kami dapat menyelamatkan dua anggota polisi yang mengalami luka di kepala mereka, dan membawa mereka ke rumah sakit. Seorang polisi lainnya dipastikan tewas," katanya.
Pemerintah telah memerintahkan untuk menghentikan semua kegiatan penambangan di Hpakant, selama musim hujan Myanmar pada bulan Mei-Oktober. Namun, masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pertambangan mengatakan masih terdapat beberapa orang yang melakukan aktivitas pertambangan untuk mendapatkan batu giok di sana.
"Perusahaan tidak beroperasi karena air hujan. Orang-orang keamanan bertugas untuk mencegah tanah longsor karena aktivitas penambangan ilegal," kata Than Win Aung.
Yau Dau (25) yang tinggal di sebelah lokasi penambangan, mengatakan tanah longsor terjadi setelah tengah malam.
Aku masih terjaga. Suara tanah longsor benar-benar menakutkan, rumah kami bergetar," katanya.
Menurut data terbaru yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai bagian dari Prakarsa Transparansi Industri Ekstraktif, penjualan resmi batu giok di Myanmar bernilai 671 juta euro (US$750,04 juta) pada 2016-2017. Tetapi analis percaya nilai sebenarnya dari industri ini, yang sebagian besar di ekspor ke China, jauh lebih besar.