Jakarta, Gatra.com - Analis Politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengusulkan jaksa agung pada Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode kedua sebaiknya dari kalangan profesional yang sangat memahami tata kelola Kejaksaan Agung bukan dari partai politik (Parpol).

"Jaksa agung sebaiknya tidak berasal dari partai politik, baik kader partai politik, pernah menjadi partai politik maupun diusulkan oleh partai politik," kata Pangi dikutip dari Antara, Minggu (28/7).

Menurut Pangi, kalau jaksa agung dari partai politik dikhawatirkan ada bias orientasi penegakan hukum dan dapat terjadi sikap "tebang pilih" dalam pemberantasan korupsi. "Hal ini dikhawatirkan dapat merusak jalan pemberantasan korupsi," katanya.

Baca juga: Menimbang Calon Jaksa Agung Nonkarier

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini menambahkan, jaksa agung dari partai politik dikhawatirkan akan memainkan peran politik lebih besar daripada peran penegakan dalam upaya pemberantasan korupsi.

"Jaksa agung dari kader partai politik, tidak bisa keluar dari garis komando dan kepentingan partai, meskipun tidak dalam posisi pengurus partai," katanya.

Pangi mengusulkan agar presiden terpilih Jokowi jika ingin meningkatkan pemberantasan korupsi pada pemerintahannya pada periode kedua, maka harus berani bersikap tegas dengan partai politik untuk tidak memilih jaksa agung dari partai politik.

Baca juga: Prasetyo: Ada yang Tak Setuju Kembali jadi Jaksa Agung

"Untuk penegakan supremasi hukum dan pemberantasan korupsi yang lebih baik, saya mengimbau kepada Pak Jokowi untuk tidak memilih jaksa agung dari partai politik," ujarnya.

Menurut Pangi, dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi agar ditegakkan secara adil berdasarkan fakta-fakta hukum yang ada, tidak ada kompromi karena adanya kepentingan politik.

Pangi mengusulkan, jaksa agung sebaiknya berasal dari jaksa karir yang mumpuni, independen, dan memiliki rekam jejak baik.