Home Kesehatan Penyintas Autoimun di Indonesia Baru Terdata 5 Ribu Orang

Penyintas Autoimun di Indonesia Baru Terdata 5 Ribu Orang

Jakarta, Gatra.com - Setidaknya 5.000 orang di Indonesia merupakan penyintas atau penderita autoimun (autoimmune). Jumlah pastinya belum diketahui dan angka 5.000 ini berdasarkan penyintas yang terdata di Marisza Cardoba Foundation (MCF).

"Jumlah penderita di Indonesia yang baru berhasil kami humpun dan berdayakan baru mencapai 5.000-an orang," kata Marisza Cardoba, pendiri MCF dalam talkshow "Autoimun Berbagi Bahagia, Weekand Market" di Jakarta, Sabtu (27/7).

Menurut Marisza, belum adanya data pasti jumlah penyintas autoimun karena belum tingginya kesadaran (awareness) masyarakat serta pemerintah belum mempunyai data valid.

"Hal ini bisa jadi disebabkan karena gejala autoimun mirip dengan penyakit lainnya dan masyarakat juga enggan memeriksakan penyakitnya secara menyeluruh karena khawatir masalah pembiayaan yang tidak sepenuhnya ditanggung BPJS," katanya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas MCF, Prof. dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD, KHOM, menjelaskan, autoimun merupakan kondisi sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan kawan dan lawan sehingga menyebabkan keluhan kesehatan kronis, bahkan kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital.

President International Society of Internal Medicine (ISIM) ini mengungkapkan, autoimun merupakan penyakit mematikan, namun bisa dikendalikan. Autoimun ini disebabkan banyak faktor di antaranya terpapar bahan-bahan kimia.

"Sumber bahan-bahan kimia itu antara lain makanan-makanan yang ada di sekitar kita, yang sagat logis menjadi perangsang rusaknya antibodi dalam tubuh," ujarnya.

Menurut Aru, dua generasi lalu, penyakit autoimun sangat langka. Namun saat ini jumlah penyintasnya diperkirakan meningkat tajam dan mayoritas merupakan generasi muda.

Minimnya pengetahuan masyarakat di Indonesia akan penyakit mematikan tersebut merupakan salah satu penyebab belum adanya data valid jumlah penyintas. Padahal, diduga kuat penderitanya bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta orang.

Sedangkan untuk di Amerika Serikat (AS), jumlahnya mencapai 50 juta orang, atau sekitar 15,5% dari total jumlah penduduk negeri Paman Sam.

Pakar Autoimun juga Ketua Dewan Pembina MCF, Dr. dr. Iris Rengganis SP.PD, mengungkapkan, 80% penyintas autoimun adalah perempuan usia produktif. Gejala autoimun ini mirip dengan gejala penyakit lainnya.

"Seperti nyeri sendi, mudah lelah, rambut rontok, sering sariawan, demam yang tidak beraturan, dan sebagainya," kata dia.

Menurut Iris, autoimun disebabkan berbagai faktor, di antaranya keturunan (genetik) dan gaya hidup serta lingkungan. Faktor gaya hidup dan lingkungan sangat dominan menjadi penyebab autoimun.

"Namun penyakit ini dapat dicegah atau dikontrol dengan penerapan pola hidup sehat menyeluruh," katanya.

Untuk menyosialisasikan dan mencegah autoimun, tiga lembaga masyarakat yang peduli terhadap kesehatan perempuan, yakni Firda Athira Foundation (FAF), Clerry Cleffy Institute (CCI), dan MCF mengelar "Autoimun Berbagi Bahagia Weekand Market".

Acara ini merupakan rangkaian kegiatan yang digelar di 9 kota untuk mengedukasi penyintas autoimun dan memberikan dukungan agar mereka dapat tetap aktif dan berdaya hidup berdampingan di masyarakat. Selain itu, juga untuk mengedukasi dan mencegah autoimun di masyarakat.

Firda Athira selaku pendiri FAF yang baru berusia belasan tahun menyampaikan, generasi milenial mempunyai peran penting dalam memberikan dukungan kepada teman-teman penyintas autoimun agar tetap memiliki semangat yang sama untuk meraih masa depan.

"Dengan dukungan teman dan sahabat, penderita autoimun, khususnya sesama anak muda akan punya daya juang lebih dan mengganggap apa yang dideritanya bukan sebuah halangan untuk menggapai masa depan dan meraih cita-citanya," kata Firda.

Pendiri CCI dan FAF, Dwi Prihandini, menambahkan, pihaknya bersinergi menyosiliasikan dan mencegah autoimun kepada masyarakat, khususnya penyintas autoimun di 10 kota. Dalam roadshow tersebut juga memberikan pelatihan kewirausahaan serta modal usaha kepada penyintas sehingga mereka mempunyai penghasilan.

5724