Jakarta, Gatra.com - Aksi Cepat Tanggap (ACT) menjamin bantuan yang mereka salurkan ke Suriah tidak ada yang masuk ke kelompok radikal dan oposisi negera tersebut. Bantuan yang mereka salurkan murni kemanusiaan.
Senior Vice President Of Philanthropy And Communication ACT, Syuhelmaidi Syukur mengatakan kerja kemanusiaan ACT di bawah pengawasan PBB, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di mana bantuan disalurkan.
"Lembaga kemanusiaan dalam kerjanya di manapun dilindungi PBB, dalam penyaluran (bantuan) kami berkomunikasi dan mengikuti rambu-rambu Kemenlu dan KBRI setempat," ujar Syuhelmaidi kepada Gatra.com di Kantor ACT di Menara 165, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Jumat (27/7) malam.
Dalam penyaluran bantuan kemanusiaan ke Suriah, Syuhel mengungkapkan bahwa pintu masuk utama ke Suriah adalah melalui Turki dan mitra utama ACT dalam penyaluran bantuan kemanusiaan ke Suriah ialah lembaga kemanusiaan Turki yakni IHH, Humantarian Relief Foundation, kemudian Hayrat Foundation dan lembaga milik pemerintah Turki Diyanet Vakfi.
"Yang sering jadi sorotan dikaitkan dengan kelompok tertentu itu IHH, padahal IHH ini terdaftar resmi di Turki, namanya harum di pentas Internasional, terdaftar di PBB. Isu yang dimunculkan belakangan malah aneh, lembaga yang kredibel secara internasional dijatuhkan oleh orang Indonesia," ungkap Syuhel.
Baca: ACT Tepis Tuduhan Kerjasama dengan Organisasi Radikal
Syuhel menyebut IHH sering membantu Indonesia seperti di Aceh hingga terakhir bantu di Palu. Menurutnya jika IHH tidak legal, bermasalah dan punya afiliasi dengan kelompok radikal, pemerintah Indonesia tidak mungkin memberi ijin IHH masuk ke Indonesia.
"Ketika masuk ke suatu negara, kami selalu diwanti-wanti oleh kedubes setempat dan semua selalu kita ikuti, terlebih soal arahan Kedubes agar bermitra dengan lembaga yang formal," ujarnya.
Selain itu, ACT menjadikan lembaga-lembaga kemanusiaan di Turki sebagai mitra untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Suriah, karena ACT tidak bisa masuk ke Suriah dan berdasarkan regulasi setempat, hanya warga negara Turki yang bisa melewati perbatasan.
Sebagai lembaga kemanusiaan, fokus utama bantuan ACT ialah bantuan dasar terutama bantuan pangan. Bersama dengan mitra dari Turki, ACT membangun Indonesia Humanitarian Center yang merupakan gudang bahan makanan dan pabrik roti di Rehanle dan Kilis, perbatasan Turki dan Suriah.
Sementara pihak yang dibantu ACT ialah para korban yang terluka, siapapun tanpa memandang dari kelompok mana, namun mayoritas yang jadi korban ialah masyarakat sipil. Syuhel menyebut dimana jatuh korban meski di daerah konflik ACT akan berusaha untuk menyalurkan.
Menurutnya jika ada yang menghubungkan antara bantuan ACT yang masuk di daerah konflik dengan kelompok politik yang bertikai di daerah tersebut, menunjukkan ia tidak memahami kerja kemanusiaan.
"Terkadang menjadi rancu karena dihubungkan dengan konflik karena pihak yang menuduh tidak paham kerja-kerja kemanusiaan, ketika menyalurkan di basis pihak tertentu dianggap bekerja untuk pihak itu, padahal prinsipnya yang dibantu adalah korban, dan yang paling banyak adalah pengungsi atau asylum seeker, orang yang kehilangan tempat tinggal rumah, ada anak-anak dan orang tua yang tidak berdaya," jelasnya.
Baca: ACT Bantu Korban Bencana dengan Humanity Card
Suheil mengakui, bantuan ACT bisa sampai ke daerah-daerah konflik dan berbahaya tidak lepas dari bantuan dan kemampuan lembaga mitra ACT yang bisa menjangkau daerah tersebut.
"Bisa masuk daerah sulit, kuncinya kita bermitra. Mitra kita di Turki yang bergerak. Mereka tinggal cetak baju ACT, kalau kita pikir kita yang masuk sendiri, tentu akan sulit," ujar Syuhel.
Menurut Syuhel, perjuangan relawan dari lembaga mitra ACT untuk bisa menembus daerah konflik seharusnya diapresiasi, bukan justru diberi tuduhan tidak berdasar sebagai teroris.
"Bisa dilihat video distribusi pangan kita di Aleppo dan Ghouta. Mereka harus bersembunyi dari gempuran bom dan memasak di bawah tanah, itu heroik dan harus kita acungi jempol. Tidak bisa kita serta merta kita sebut mereka sebagai teroris," tandas Syuhel.
Baca: ACT Bantu Pencari Suaka Terlantar di Jakarta
Syuhel menegaskan bahwa ACT sama sekali tidak ada kaitan dengan kelompok politik apapun di Suriah terlebih kelompok teroris. Karena ACT membawa nama Indonesia dan memiliki metode verifikasi dan standardisasi mitra yang ketat dan harus sepengetahuan KBRI setempat.
"Aktivitas ACT semua terbuka, tidak ada yang gelap dan abu-abu, mitra-mitra juga bisa diketahui. Beberapa kita masuk suriah tapi didampingi mitra, tidak sendiri-sendiri apalagi sama pemberontak. Karena kita tidak punya kontak dengan mereka. Jadi tidak ada kaitan antara ACT dengan kelompok-kelompok itu, karena kita bawa nama Indonesia," tegas Syuhel.
Perlu diketahui, berita ini adalah jawaban dan klarifikasi ACT atas pemberitaan sebelumnya di Gatra.com berjudul ACT Harus Buktikan Donasi ke Suriah Untuk Kemanusiaan.