Bantul, Gatra.com - Ilustrasi, simbol, idiom, bahkan sosok di dunia politik muncul di pameran seni ‘Incumbent: Yogya Annual Art #4’ di Sangkring Art Space, Kasihan, Bantul. Tafsir bebas atas isu politik aktual yang segar dan meriah.
Pameran ini dikaitkan dengan isu politik, pertama, karena judul dan posternya. Judul incumbent, atau petahana, pemegang suatu jabatan politik, disandingkan dengan ilustrasi sebuah jas dan kopiah hitam ala busana resmi pejabat. Kedua, dan yang utama, tentu saja karena sejumlah karya di pameran ini.
Di bagian depan ruang pamer, pengunjung sudah disapa dengan lukisan 3x2 meter karya Samuel Indratma, ‘Pemimpin dan Wakilnya’. Lukisan ini penuh oleh dua kepala besar yang berisi puluhan kepala kecil dan ditumbuhi pohon-pohon kecil. Seakan mengingatkan pentingnya isu lingkungan bagi sang pemimpin, mulut salah satu kepala terlihat menggigit cabang pohon yang ditumbuhi dedaunan.
Di lantai dua galeri, imej dan imaji politik lebih mencuat. Paling mencolok adalah dua karya cerah-meriah yang dipajang di satu sudut. ‘Not So Ordinary Extraordinary Tales on 24’ dari Alit Ambara menyajikan 24 panel figur dan isu politik.
Baca Juga: Sri Mulyani dan Tiga Karya Seni Favoritnya di Artjog 2019
Ada wajah Jokowi dengan air mata merah putih, ada paras (mirip) Prabowo dengan kumis Asmuni (atau Hitler?), Bambang Widjojanto dengan hidung bundar merah, ada simbol jari kampanye dan jari ungu, serta aneka simbol lain yang dibubuhi ilustrasi segar sehingga punya makna kuat.
Mengutip penulis seni Kris Budiman yang turut mengulas pameran ini, poster Alit “tidak berteriak dalam verbalisme tapi menyentil dengan sinisme dan ironi yang cerdas.”
Karya tersebut bersisian dengan lukisan cat minyak 175 centimeter persegi garapan Yuswantoro Adi, ‘Inilah Jago yang Sesungguhhnya’. Lukisan ini menampilkan gambar ayam jago dengan latar belakang lambang 16 partai politik yang namanya dipelesetkan dengan serba ayam: Pitik Perjuangan, Partai Solidaritas Induk Ayam, Partai Bulu Ayam Sejahtera, dan seterusnya.
Selain ayam ini, gambar hewan yang erat bertalian dengan soal politik, seperti banteng dan kuda, juga dirujuk sejumlah seniman.
Baca Juga: Riri Riza dan 4 Seniman Garap Karya Spesial di Artjog 2019
Di bagian lain, lukisan yang menampilkan sosok Jokowi secara gamblang juga ada, meski membawa isu seni. Di lukisan ‘Maka Lahirlah Angkatan 2019, F.Sigit Santoso menghadirkan Jokowi, dengan kemeja putih dan jins tergulung, membawa kaleng cat warna merah dan tulisan ‘ART’ di belakangnya.
Ada 24 seniman yang karyanya dipacak di galeri dua lantai ini. Di area Sangkring, tak kurang 100 seniman terlibat di ‘Incumbent’.
Tuan rumah galeri Sangkring, Putu Sutawijaya, mengatakan sebetulnya para seniman tidak pernah terpikir untuk membahas politik. Namun selama setahun ini, di tengah riuh pemilu, mau tak mau mereka menggagas ihwal politik juga. “Karya-karya di pameran ini dihubungkan ke politik lebih baik, tapi sebetulnya bisa dihubungkan ke mana saja,” ujar Putu di pembukaan ‘Incumbent’, Rabu (23/7).
Yuswantoro pun menampik ajang ini punya unsur politik. Sebab tajuk pameran ini kelanjutan dari judul Yogya Annual Art (YAA) sebelumnya sejak 2016, yakni “Niat”, “Bergerak”, dan “Positioning”. Incumbent diterjemahkan sebagai petahana, dari kata "tahana", yang berarti kedudukan, kebesaran, atau kemuliaan, dalam politik.
Baca Juga: Artjog 2019, dari Art Fair ke Festival Seni
“YAA #4 tentu bukan kegiatan politik praktis, namun sebenarnya posisinya saat ini memang menyerupai incumbent. Ini bukan ilmu gothak-gathuk atau dipaksakan. Melihat sejarahnya, dimulai niat tulus, bergerak dinamis, lalu menemukan posisi ideal dalam positioning-nya, maka saat ini tidak berlebihan YAA disebut memiliki kedudukan, kebesaran, atau kemuliaan dalam politik kesenian,” tutur seniman yang turut menggagas YAA ini.
Namun perkara terakhir yang bikin ‘Incumbent’ tak terelakkan jika ditafsir punya anasir politik adalah saat pameran ini diresmikan oleh pakar hukum Universitas Gadjah Mada Edward Omar Sharif Hiariej. Eddy Hiariej, sapaan akrabnya, makin kondang setelah menjadi saksi ahli tim Jokowi di sidang Mahkamah Konstitusi (MK).
“Bersaksi di MK itu sudah biasa, tapi tampil di sini saya bangga karena diminta oleh para perupa,” seloroh Eddy di depan hadirin saat membuka YAA #4 yang digelar hingga 24 November 2019 ini.