Palembang, Gatra.com – Upaya pelestarian nilai budaya hendaknya melibatkan empat elemen, yakni pemerintah, masyarakat dan media, perguruan tinggi dan sektor swasta. Kesinergisitas keempat elemen ni akan menghasilkan upaya pelestarian yang maksimal.
Hal ini disampaikan Dosen Sosiologi Universitas Sriwijaya, Dadang Hikmah Purnama. Dalam dialog sinergisitas perguruan tinggi dalam pelestarian budaya, ia menjabarkan kebudayaan lahir menjadi identitas suatu daerah, sehingga dalam perkembangannya membutuhkan upaya pelestarian. Upaya ini membutuhkan kerjasama banyak pihak, terutama empat elemen yang utama.
“Di era globalisasi yang semakin dipaksakan, kebudayaan hendaknya terus dilestarikan agar tidak kehilangan identitas. Butuh sinergisitas empat eleman, agar upaya pelestarian maksimal,” katanya, belum lama ini.
Perkembangan era globalisasi cendrung mendorong kebudayaan yang homogen, atau memaksakan budayanya pada masyarakat lain. Tentu, kata Dadang, masyarakat Indonesia tidak ingin kehilangan identitas atas budayannya. Karena itu, butuh bagaimana semua elemen utama tersebut bisa sinergis. Kita tidak ingin, di Indonesia, malah yang lebih dikenal budaya luar, budaya barat. Isu-isu pelestarian budaya ini harus digalakkan oleh empat elemen ini,” sambungnya.
Sebagai pemangku kepentingan, pemerintah harus mampu melindungi, memelihara, dan memanfaatkan nilai budaya. Budaya yang cendrung dinamis akan bisa dikemas agar tetap lestari. “Budaya itu lebih kepada cara hidup, menyesuaikan dengan kehidupannya. Pemerintah bertanggungjawab guna mengembangkan dan melestarikan identitas bangsa saat ini,” ujarnya.
Sementara peran media, kata Dadang, membangun kontruksi peradaban sedangkan perguruan tinggi, bertujuan menjalankan tridarma pendidikan perguruan tinggi. Keterbukaan antara empat elemen ini akan sangat mendorong upaya-upaya pelestarian budaya di Indonesia. “Sumsel juga hendaknya bisa mensinergiskan empat elemen ini. Jangan sampai, Sumsel juga kehilangan identitas diri, misalnya bahasa, makanan tradisional yang merupakan budaya turun temurun,” pungkasnya.