Purwokerto, Gatra.com - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya mencapai target kunjungan wisatawan dengan memperbanyak event wisata dan budaya. Pasalnya, agenda tersebut akan meningkatkan daya tarik dan lama tinggal wisatawan.
Kepala Seksi Sarana Pemasaran Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Yudo Trilaksono mengatakan, pihaknya menyiapkan 70an agenda wisata sepanjang tahun 2019 yang terbagi dalam tiga kategori sesuai simbol hari lahir Bangsa Indonesia. Kegiatan tersebut mengadopsi Festival Pusaka Indonesia yang ditetapkan Kementerian Pariwisata.
"Ada delapan festival yang berhubungan dengan waktu peralihan, dan 45 festival yang mewakili peradaban budaya Jawa Tengah. Jadi, kita sesuaikan dengan 17-8-45," kata Yudo, saat membuka Coaching Clinic Management Penyelenggaraan Event di Hotel Meotel Purwokerto, Jawa Tengah, Kamis (25/7) malam.
Dia mengatakan, Jateng memiliki enam event unggulan yang masuk dalam kategori Top 10 National Event yaitu Borobudur Marathon, dan kategori 100 Wonderful Events yakni Solo International Performing Arts (SIPA), Solo Batik Carnival (SBC), Dieng Culture Festival (DCF), Festival Cheng Ho, dan Festival Payung Indonesia. Selain event tersebut, event pariwisata dan budaya di daerah belum mampu dikelola dengan baik.
Menurut dia, event pariwisata harus memenuhi unsur 4 C yaitu Creative value, Commercial value, Communication Value, CEO Commitment atau didukung oleh pemerintah daerah. Akan tetapi, hal tersebut masih sulit diwujudkan.
"Dieng sudah bagus. Ada kelompok sadar wisata yang dapat mengemas event dengan baik dan membuat lebih dari 5.000 tinggal lama di Dieng. Tapi di beberapa daerah yang kami temukan itu event garapan komunitas masih belum konsisten terkait waktu pelaksanaan. Ada juga yang kurang mendapat dukungan Pemda," tambahnya.
Yudo mengatakan, persoalan ini harus dipecahkan dengan cara memberikan pelatihan kepada event organizer dan lembaga teknis daerah. Harapannya, mereka dapat membangun sinergi dan membuat perencanaan agenda secara matang.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Saptono Supriyanto mengaku, biaya yang dianggarkan untuk agenda wisata budaya masih sangat minim. Oleh karena itu, pihaknya berupaya menggandeng kalangan usaha dan event organizer (EO) untuk menggarap event.
"Kami sering dibantu komunitas dan media untuk mempromosikan. Meski mereka tak menerima bayaran. Kami sudah mengusulkan biaya belanja jasa EO masuk ke APBD," ujarnya.
Sebaliknya, Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Agus Joko Triyono mengaku tak pernah mencantumkan biaya belanja jasa event organizer pada APBD. Sebab, hal tersebut justru menyulitkan proses pengawasan.
"Bidang Kebudayaan itu anggarannya Rp9 miliar. Kalau dianggarkan untuk pihak ketiga, kontrolnya sulit. EO kami anggap sebagai partner untuk kerja bareng. Mereka juga sering menggelar event dengan biaya sendiri," tuturnya.
Kota Semarang, kata dia, tak memiliki potensi alam yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Oleh karena itu, event dikemas dengan konsep Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) dengan skala nasional sampai internasional.