Home Kesehatan Tiga Fokus Utama Penanganan Stunting Purbalingga

Tiga Fokus Utama Penanganan Stunting Purbalingga

Purbalingga, Gatra.com – Dinas Kesehatan Purbalingga, Jawa Tengah fokus kepada tiga hal dalam penanganan stunting di kabupaten ini. Tiga fokus utama itu yakni, pola asuh, pemberian makanan bergizi dan sanitasi lingkungan.

“Mudah-mudahan tahun ini turun, kita sedang pendataan, masih proses,” kata Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, Hanung Wikantono, kepada gatra.com, Jumat (26/7).

Dia mengatakan edukasi pola asuh bayi dan balita ini penting mengingat banyaknya perempuan usia produktif yang bekerja. Di Purbalingga banyak terdapat perusahaan penanaman modal asing (PMA). Sebagian besar buruhnya adalah perempuan. Dan itu termasuk ibu yang memiliki bayi dan balita.

Kesibukan ibu bekerja membuat anak-anak diasuh oleh orang lain. Oleh kakek dan neneknya, atau keluarga lain.

“Nah, pola asuh itu bagaimana kita mendidik masyarakat untuk pemberian makanan yang bergizi untuk bayi dan anak. Itu kan spesifik,” katanya.

Dia mengungkapkan, sebanyak 10 desa di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah menjadi prioritas penanganan stunting pada 2019 ini. Sepuluh desa tersebut yakni Sangkanayu, Candinata, Kalitinggar Kidul, Bantarbarang, Pelumutan, Cilapar, Brecek, Sempor Lor, Kradenan dan Selaganggeng.

Ke-10 desa itu diprioritaskan untuk penanganan stunting dan menjadi pilot project untuk program serupa di desa-desa lainnya. Dalam penanganan stunting, Pemerintah Kabupaten Purbalingga melibatkan seluruh dinas.

Kata dia, seluruh dinas akan bergotong royong membantu pemenuhan akses ibu hamil dan balita ke pemenuhan makanan bergizi, sanitasi, akses kesehatan hingga pendidikan pola asuh.

“Dinpermades bahkan langsung ada alokasi secara nasional. Karena stunting itu sudah menjadi isu yang ditangani dari pusat,” ujarnya.

Dia menjelaskan, angka balita stunting di Purbalingga pada 2018 adalah sebesar 26,4 persen. Tahun ini Dinkes baru mendata 18 ribu dari 20 ribu balita Purbalingga sehingga belum memperoleh data pasti angka stunting.

“Kita baru bisa mendata 18 ribu balita untuk keseluruhan Purbalingga, dari sekitar 20 ribu balita. 10 desa stunting juga sudah dilihat, mudah-mudahan sudah turun. Ini baru proses,” ucapnya.

Menurut dia, Pemkab Purbalingga mentarget, pada tahun 2022 angka stunting Purbalingga bisa di bawah 20 persen. Karenanya, perlu kerjasama dari berbagai pihak untuk berkontribusi mengatasi masalah stunting.

Hanung menambahkan, kasus stunting tak hanya soal kesehatan tubuh, misalnya bobot tubuh dan tinggi tubuh yang kurang. Tetapi, stunting juga menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM) di mana bayi atau balita stunting perkembangan otaknya lebih lamban dari sebayanya.

Yang perlu diwaspadai pula, saat dewasa, anak stunting cenderung akan terkena penyakit kronis dan kualitas hidupnya yang berkurang.

82