Home Gaya Hidup Budayawan Sobary Menilai Perilaku Budaya Politik Belum Baik

Budayawan Sobary Menilai Perilaku Budaya Politik Belum Baik

Semarang, Gatra.com - Keberadaan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan belum membawa dampak signifikan terhadap perilaku budaya masyarakat yang baik.

Menurut Budayawan Mohammad Sobary, perilaku masyarakat, terutama para politik di DPR RI belum mencerminkan budaya yang santun serta saling menghargai sesama manusia.

“Kita punya UU Pemajuan Kebudayaan, tapi kita belum berperilaku budaya yang baik, lihat saja politisi di Senayan Jakarta (tempat gedung DPR RI) yang gaduh,” katanya “Seminar Nasional Manusia dan Politik Kebudayaan" yang  diselenggarakan IKA FIB Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jumat (26/7).

Mestinya, lanjut Sobary, kebudayaan adalah ekspresi manusia serta dapat mengatur perilaku manusia menjadi lebih baik lagi. Bukan malah sebaliknya manjadi lebih buruk.

Ke depan harus kebijakan-kebijakan pemerintah yang bisa mendorong pengembangan kebudayaan dengan cara membangun budaya politik yang santun sehingga melahirkan masyarakat madani. Budaya politik harus tidak lagi mencaci maki, menyebarkan kebohongan, dan fitnah.

“Kebudayaan itu untuk membangun masyarakat lebih baik dan menghargai sesama,” ujarnya.

Mantan pemimpin Umum LKBN Antara ini, sempat  kecewa  terhadap sikap budaya peserta seminar yang tidak baik karena banyak yang meninggalkan ruangan sebelum acara selesai. “Saya sudah hadir jauh-jauh ke sini malah tidak didengarkan. Saya merasa kecewa,” katanya.

Sebagian besar peserta seminar meninggalkan ruangan menyusul Menteri Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani yang keluar setelah memberikan pidato kunci dan membuka seminar. 

Sobary juga menyoroti pemerintah juga dinilai kurang memberikan penghargaan terhadap kemampuan intelektual anak bangsa yang menghasilkan karya luar biasa.

Menurut ia, tidak pernah ada penghargaan dari pemerintah terhadap karya intelektual seperti penulis buku ilmiah atau karya sastra yang baik. “Tidak ada penulis buku yang mendapatkan hadiah rumah dari pemerintah, namun kalau kampiun non-intelektual seperti juara olahraga mendapatkan rumah,” ucapnya.

 

189