Padang, Gatra.com - Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Jambore Organik perdana di Sumatera Barat (Sumbar) untuk mengkampanyekan pangan sehat kepada petani dan masyarakat.
Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayantie Yusuf, dalam keterangan tertulis, Jumat (26/7), menyampaikan, dalam jambore tersebut pihaknya meresmikan Nagari Balai Panjang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai Desa Organik.
Yanti demikian Sri Wijayantie karib disapa, menjelaskan, desa organik ini merupakan salah satu implementasi dari perwujudan Nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi) ?untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dengan agenda peningkatan kedaulatan pangan.
Salah satu sasarannya, lanjut Yanti, adalah kegiatan pengembangan 1.000 desa pertanian organik. Desa pertanian organik ini sejalan dengan program 'go organic' yang dicanangkan Kementan sejak 2010 lalu.
Baca juga: Pertanian Organik, Solusi Kemandirian Petani
Program ini membuka peluang positif untuk penyediaan pangan sehat yang aman konsumsi. Selain itu, model pertanian organik juga aman untuk petani, baik untuk lingkungan, memperbaiki lahan kritis serta menumbuhkan kemandirian petani, sehingga tidak bergantung pada pestisida.
Seluruh input yang digunakan dalam pertanian organik dipenuhi melalui bahan alami dan kearifan lokal. Sebagai salah satu unit kerja pelaksana pengembangan Desa Pertanian Organik, Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura telah mengalokasikan Desa Pertanian Organik di 250 desa di 24 provinsi.
Yanti menyampaikan, pihaknya sangat mendukung semangat para petani mengembangkan pertanian organik di Sumbar. Menurutnya, Tanah Minang mempunyai alam yang sangat Indah yang harus terus dijaga, di antaranya dengan menerapkan pertanian organik.
"Saya sudah berkeliling. Sumbar ini cantik. Kegiatan pertanian di sini sejalan dengan program 'go organic'. Ini harus diseriusi," katanya dalam peresmian desa organik pada Rabu kemarin (24/7).
"Banyak tanaman hortikultura yang disemprot dengan pestisida kimia tapi tidak ada yang peduli. APBN harus mengarahkan pertanian organik agar aman pangan. Tujuannya adalah mengkampanyekan pangan sehat, hortikultura sehat. Tidak banyak pupuk kimia, kita kembali ke alam," ujar Yanti saat memberikan sambutan.
Kegiatan yang kemudian diberi nama Jambore Organik ini bertujuan mempertemukan stakheholders dengan petani. Membangun jaringan pemasaran produk organik, mempertemukan produsen, pasar, dan konsumen.
Baca juga: Kupang Panen Raya Padi Organik Hasil Penggunaan Pupuk Hayati Dinosaurus
Yanti juga mengharapkan event ini menjadi momentum untuk memberikan kesadaran masyarakat dan petani untuk kembali ke alam dan mengurangi bahan pangan yang terkontaminasi bahan kimia.
"Tidak ada pasar apabila tidak ada kampanye. Masyarakat perlu kembali mengonsumi buah dan sayur tanpa pestisida. Inilah perlunya edukasi sehat agar jangan sampai tubuh ini terpapar pangan tidak sehat," imbau Yanti.
Yanti juga menjamin budidaya organik lebih murah dari segi biaya usaha. Selain itu, tanaman menjadi tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hal ini senada dengan keterangan dari POPT Kabupaten Lima Puluh Kota, Herman.
"Bertanam organik itu murah. Bahan-bahan semua ada di alam. Hasilnya juga lebih bagus. Untuk pestisida, cukup pakai daun pinang, daun sirian, daun pandan, cabai rawit, dan akar tuba. Semua bahan diblender lalu disemprot ke tanaman seminggu sekali. Kalau pupuk biasanya pakai fermentasi urine kambing," ujar Herman.
Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar, Candra, merasa bangga Sumbar dipilih perdana untuk kampanye pertanian organik. Ia mengharapkan semua petani dapat bertanam secara organik.
"Kalau bertani, jangan asal bertani, bertanilah secara organik. Pertanian organik diakui rumit namun menjamin keberlangsungan pangan," kata Candra.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, Widya Putra, merasa sangat termotivasi dengan adanya program desa organik ini. Terlebih wilayahnya berpotensi untuk pengembangan pertanian, khususnya hortikultura. Warga sangat antusias mengembangkan pola organik ini setelah melihat hasil yang diperoleh.
"Kami sangat apresiasi dan berterima kasih atas dukungan Kementerian Pertanian. Harapannya, model pertanian ini dapat ditularkan ke daerah-daerah lain," jelas Widya.
Di sela-sela pembicaraan, Yanti meminta kepada seluruh Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura terus melakukan pendampingan secara intensif, sehingga kelompok tani menjadi mandiri. Termasuk juga meminta Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten atau Kota untuk membina, mengawal, dan memantau selama program ini berjalan.
Baca juga: Petani Flores Timur Bangun Kebun Belajar Untuk Bertani Organik
Kepala BPTPH Sumbar, Suwardi, mendukung penuh program Desa Organik sebagai upaya menjaga keamanan pangan. Menurutnya, kegiatan ini diinisiasi setelah kunjungan Yanti akhir 2018 lalu.
"Dikarenakan melihat kesungguhan usaha Kelompok Tani Saiyo Sakato dalam mengembangkan pertanian organik, dipilihlah lokasi ini sebagai lokasi perdana. Setidaknya terdapat lima kabupaten kota lain yang turut mengembangkan pertanian organik," ungkap Suwardi.
Turut hadir dalam peresmian desa organik tersebut yakni Sekretaris Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumba, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten 50 Kota, Kepala UPTD BPTPH Provinsi seluruh Indonesia, Petugas lapang (POPT, PBT, PPL, mantri tani), perusahaan penyedia sarana organik, pelaku usaha, dan pemerhati pertanian organik.
"Saya berharap dengan diselenggarakannya Jambore Organik 2019 ini dapat menggugah semangat para petani untuk terus menerapkan budidaya organik. Insyaallah, kegiatan Jambore Organik Hortikultura ini akan dilaksanakan setiap tahun di provinsi yang berbeda," kata Yanti.