Pyongyang, Gatra.com - Korea Utara mengatakan bahwa peluncuran rudal yang dilakukan pada Kamis (25/7) lalu merupakan peringatan bagi "penghasut perang". Pihak Korut juga mengatakan agar Korea Selatan berhenti untuk mengimpor senjata dan latihan militer bersama dengan Amerika Serikat. Tes rudal tersebut juga menimbulkan keraguan tentang kebangkitan kembali perundingan denuklirisasi yang terhenti pada Februari lalu di Hanoi.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menyaksikan langsung uji coba rudal tersebut. Salah satu pejabat di Kementerian Pertahanan Seoul mengatakan bahwa rudal itu adalah jenis baru rudal balistik jarak pendek.
Pyongyang menuduh Washington melanggar janji pertemuan denuklirisasi yang dilakukan oleh Donald Trump dan Kim Jong Un dengan mengadakan latihan militer bersama Korea Selatan. Alhasil, Korut memperingatkan kemungkinan berakhirnya perjanjian tersebut dalam uji coba nuklir dan rudal jarak jauh.
Baca Juga: Korea Utara Uji Rudal, Upaya Denuklirisasi Dipertanyakan
Pihak Amerika Serikat meninjau bahwa kedua rudal itu terbang sekitar 600 km, lebih jauh dari tes rudal sebelumnya yang serupa, kata salah seorang pejabat Kementerian Pertahanan, dilansir Reuters, Jumat (26/7).
Pejabat itu juga mengatakan bahwa rudal tersebut memiliki fitur yang mirip dengan SS-26 Iskander Rusia dan yang diuji pada Mei lalu. Itu adalah rudal cepat yang relatif kecil yang, menurut para ahli, lebih mudah disembunyikan, diluncurkan, dan digerakkan ketika dalam keadaan terbang.
"Kita tidak bisa tidak mengembangkan sistem senjata kuat semacam ini yang bekerja sepanjang waktu untuk menghilangkan potensi dan ancaman langsung terhadap keamanan negara kita yang ada di wilayah selatan," kata Kim, menurut kantor berita negara KCNA.