Home Ekonomi Sistem Budidaya Ikan di Sleman Dicontoh 14 Negara

Sistem Budidaya Ikan di Sleman Dicontoh 14 Negara

Sleman, Gatra.com - Empat belas perwakilan negara Asia dan Afrika belajar budidaya ikan ala Desa Wisata Bokesan, Sindumartani, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Jumat (26/7). Pembibitan, pengolahan, hingga manajemen usaha ikan desa ini dianggap sukses dan bisa ditiru negara lain. 
 
Saptono, Pengelola Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MK) Mina Ngremboko, Bokesan, menjelaskan keunggulan manajemen perikanan Bokesan yang diajarkan di pelatihan, yakni pemasaran satu pintu.
 
Melalui sistem ini, seluruh anggota kelompok harus memasarkan produksi ikannya sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang telah disepakati bersama.  "Setiap anggota tidak bisa memasarkan hasil produksinya sendiri-sendiri. Mereka yang akan menjual produknya terlebih dahulu harus mendaftar pada koordinator di pasar," kata dia. 
 
Setelah mendaftar, koordinator pasar menugaskan tim produksi dan kendali mutu untuk melihat kolam si anggota itu. Sisi jumlah, ukuran, dan kualitas ikan akan dicek. Setelah dinilai lolos dan layak jual, tim kendali mutu menugaskan tim tangkap. 
 
 
Tim tangkap inilah yang memanen, mengemas, dan mendistribusikan hasil kolam milik anggota. Anggota kelompok tak perlu lagi menangkap, mengemas, dan memasarkan hasil produksinya. 
 
Ikan yang sudah dikemas kemudian diserahkan ke tim pemasaran untuk dijual. Setelah laku, uang hasil penjualan tidak diberikan ke pemilik kolam, tapi ke pengurus inti kelompok atau bagian humas, setiap hari Sabtu. Uang hasil penjualan itu dipotong sesuai kesepakatan dan SOP. Potongan uang digunakan untuk kas kelompok, dana kesehatan anggota, dan dana sosial. 
 
Hasil penjualan ikan baru diberikan ke anggota atau pemilik kolam, bukan ke suami melainkan ke sang istri. "Ini ada maknanya, yakni membangun keluarga yang terbuka, jujur, dan ditiru oleh anaknya. Sehingga keluarga kecil ini bisa me-manage keuangannya lebih mudah," katanya.
 
Selain itu, manajemen keuangan oleh istri juga cenderung lebih baik. Jika uang tersebut diberikan ke suami, pengeluaran keluarga bisa tidak teratur. 
 
"Sistem pemasaran ini mulai diberlakukan di Bokesan sejak 1990-an. Saat itu muncul berbagai masalah seperti persaingan harga yang tak wajar karena antar-anggota saling menurunkan harga dan kesulitan marketing. Berbagai masalah itu menyebabkan siklus usaha budidaya ikan para petani terhambat," katanya. 
 
 
Sistem ini membuat berbagai masalah budidaya ikan teratasi. Kini puluhan anggota pembudidaya ikan nila, lele, dan jenis lain di Bokesan terus mengembangkan potensi daerahnya dari sisi pariwisata dan kuliner. 
 
Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Heru Saptono, menambahkan, pelatihan ini hasil kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).   
 
Peserta datang dari 14 negara Asia dan Afrika, antara lain Madagaskar, Afrika Selatan, Tunisia, Tanzania, Papua Nugini, dan Timor Leste. "Ini bukti kepercayaan KKP kepada kami. Bahwa kami telah berhasil mengembangkan kawasan budidaya perikanan yang terintergrasi, mulai pembibitan hingga pengolahan," katanya. 
 
Sekitar 25 hektar lahan di Bokesan kini dipakai untuk budidaya ikan. Masyarakat pun mandiri berkat usaha ini. "Jadi dengan terintegrasi, perikanan ternyata diminati warga karena bisa meningkatkan pendapatan," ucapnya.
3787