Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berulang kali mengamati sektor pendidikan di luar negeri. Ternyata, sumber daya dosen menjadi unsur terpenting bagi peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Inilah yang mendasarinya untuk memunculkan program pengadaan rektor dan dosen asing.
Nasir kemudian membandingkan dengan dosen Indonesia. Menurutnya, saat ini dosen masih bersifat homogen, berasal dari Indonesia. Potensi untuk meningkatkan kualitas sangat sedikit. Ia berujar, padahal di beberapa perguruan tinggi besar dunia, banyak pengajar yang berasal dari luar negeri. Oleh karena itu, Menristekdikti optimis, program ini akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih jauh dari harapan.
"Saat ini berapa pengajar asing yang kelihatan di kampus? Hampir semua dosen dalam negeri kan? kalau perguruan tinggi luar sudah ada dosen asing yang terlibat di dalamnya. Mereka jadi dosen, meneliti dan bekerja sama. ini harus kita dorong, bagaimana rektor dan dosen asing masuk ke Indonesia untuk peningkatan kualitas," Ungkap Nasir saat ditemui di Kantor Kemenristekdikti, Jumat (26/7).
Selain itu, Nasir memastikan tidak sembarang dosen asing akan didatangkan. Meskipun rencana pendayagunaan dosen asing sedang digencarkan. Ia memaparkan, ada kriteria yang harus dilihat nantinya, semisal dalam riwayat kesuksesan di bidang akademis.
"Kriteria mereka harus baik. Jangan sampai kampus kita jadi kelinci percobaan. Dia harus punya pengalaman memimpin kampus dan telah meningkatkan kualitas perguruan tinggi yang dia pimpin. Minimal bisa mengangkat perguruan tinggi kita ke ranking 200, kalau bisa bahkan 50," kata Nasir.
Lebih lanjut, Nasir juga mengatakan, rencana ini baru akan terealisasi dan diumumkan pada 2020 mendatang. Dirinya menargetkan, ada sekitar 2 atau 3 rektor yang akan ditempatkan di perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta dalam 4 sampai 5 tahun ke depan.
1477