Beirut, Gatra.com - Pasukan keamanan Lebanon semakin intens melakukan penggerebekan di kamp-kamp pengungsi Suriah di Lebanon. Hal itu memunculkan kekhawatiran pengungsi Suriah akan beresiko dideportasi dan diperlakukan secara tidak adil.
Dilansir Aljazeera, laporan penggerebekan yang meningkat selama beberapa minggu terakhir akibat upaya pemerintah Lebanon menangkap tenaga kerja asing yang tidak berdokumen. Langkah itu dikhawatirkan warga Suriah bertujuan untuk menyisihkan mereka.
Ketika krisis Suriah memasuki tahun kesembilan, ada sekitar 1,5 juta pengungsi Suriah di Lebanon dan negara tetangga. Jumlah itu lebih banyak pengungsi per kapita daripada negara lain di dunia. Sebagian besar dari mereka tidak berdokumen.
Baca Juga: ACT Harus Buktikan Donasi ke Suriah Untuk Kemanusiaan
Menurut Kantor Berita Nasional di Lebanon dan media lokal lainnya, setidaknya 301 warga Suriah dideportasi pada Mei. Laporan lain mengatakan kamp-kamp pengungsi digerebek, yang mengarah ke penahanan warga Suriah pada bulan ini, sepeti pada Februari dan November tahun lalu.
Delapan LSM Lebanon kini telah membahas masalah ini dengan pihak berwenang. LSM tersebut menuntut agar mereka yang menghadapi ancaman deportasi diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa mereka tidak dapat kembali ke pengadilan.
Ahmad, seorang pengungsi Suriah yang tidak berdokumen dan tidak terdaftar di UNHCR dan tidak memiliki izin kerja, menjadi pelayan di sebuah kafe di Beirut.
Baca Juga: Pemerintah Bentuk Tim Khusus Pulangkan Ratusan WNI Eks ISIS
"Jika mereka menangkap saya, saya akan dipenjara," kata Ahmed, menambahkan bahwa karena penggerebekan, ia kadang-kadang dipaksa untuk menyamar sebagai pelanggan. "Mereka akan meminta saya untuk meninggalkan negara ini," imbuhnya.
Pemilik bisnis telah diancam dengan denda yang besar jika mereka memberikan izin kerja kepada orang-orang Suriah yang mereka pekerjakan. Namun pengungsi Suriah banyak dipekerjakan karena pelayan Suriah lebih murah untuk disewa daripada warga negara Lebanon.
Saat ini 80 % warga Suriah di Lebanon tidak memiliki izin tinggal yang sah karena biaya pengurusan yang mahal dan sulit diperoleh. Izin tinggal dikenakan biaya US$200 setahun sedangkan izin kerja berkisar dari US$750 hingga US$1.200. Warga Suriah yang diwawancarai Aljazeera mengatakan ada juga biaya tambahan untuk menyuap sponsor Lebanon dan membayar untuk pemeriksaan kesehatan.
Baca Juga: Terduga Teroris JAD Padang Disebut Sebagai Penyalur Dana Serangan
Warga Suriah khawatir bahwa jika mereka kembali mereka harus bergabung dengan pasukan Presiden Bashar al-Assad, sebab banyak yang telah pergi untuk melarikan diri dari wajib militer atau harus menghadapi penahanan atau penyiksaan sewenang-wenang.
Penggrebekan itu dilatarbelakangi oleh meningkatnya permusuhan terhadap warga Suriah di Lebanon, termasuk dari politisi sayap kanan yang menyalahkan mereka atas banyaknya pengangguran Lebanon.
"Hampir semua warga Suriah telah bekerja di sektor informal sejak tahun sembilan puluhan," kata Kepala Penelitian Institut Kebijakan Publik untuk Urusan Publik dan Urusan Internasional di American University of Beirut, Yassir Nasin.
Baca Juga: Polisi Masih Buru Adik Ipar Pelaku Bom Bali I
"Itu ada hubungannya dengan sumber-sumber tenaga kerja murah di sektor-sektor yang membuat orang-orang Lebanon enggan bekerja. Misalnya bidang-bidang seperti konstruksi, pertanian, dan sanitasi. Itu bukanlah tempat mereka menghadirkan persaingan kepada orang-orang Lebanon," kata Yasir.
Sementara Menteri Tenaga Kerja Lebanon, Camille Abousleiman mengatakan pihaknya hanya meminta pekerja asing untuk melengkapi dokumen-dokumen mereka.
"Mereka tidak perlu takut akan deportasi. Pemerintah Lebanon ingin pengungsi untuk pergi secepatnya ketika kondisinya memungkinkan, tetapi keputusannya adalah tidak mendeportasi mereka," janjinya.