Bantul, Gatra.com - Dalam pameran bertajuk 'Representasi #3: Yang Dilihat / Yang Dibayangkan', sebanyak 33 perupa lintas usia dengan lintas medium di Daerah Istimewa Yogyakarta menghadirkan karya seni yang menggambarkan realita kehidupan. Pameran yang berlangsung pada 23 Juli - 26 Agustus ini digelar di Pendhapa Art Space, Sewon, Bantul.
Dikuratori oleh pengajar seni Suwarno Wisetrotomo, pameran ini hendak mempertemukan para pelukis beda usia dengan media berbeda dalam menghasilkan karya rupa dengan tema realitas sehari-hari masyarakat.
"Dalam seni rupa, realitas dapat dipahami sebagai faktor objektif, meliputi realitas sosial, politik, ekonomi, ideologi, budaya, baik yang kasat mata maupun yang dibayangkan. Realita ini adalah kenyataan yang dialami siapapun," jelas Suwarno saat ditemui pada Kamis (25/7) malam.
Dari realita ini perupa dituntut mampu merekam dan mengolahnya sehingga bisa diwujudkan dalam beragam bentuk yang diminati, baik berupa karya dua dimensi, tiga dimensi, maupun multimedia.
Baca Juga: Mengikuti Jejak Bapak Seni Rupa Modern dari Bantul
Suwarno mengatakan, pameran ini menjadi upaya menampilkan karya 33 perupa yang semakin beragam dan 'liar'. Para perupa merekam dan menghadirkan realitas, baik yang dilihat langsung maupun yang dibayangkan.
"Seperti karya Rismanto berjudul 'Keretaku Tak Akan Pernah Berkarat'. Seniman menghadirkan rangkaian kereta api model lama teronggok di atas papan lokasi wisata dengan lanskap indah," ujarnya.
Ilustrasi ini menjadi pertanda bahwa di masa lampau--yang diwakili rangkaian lokomotif dan gerbong model lama--merupakan kisah panjang perjalanan di tengah realitas hari ini. Kereta bisa dimaknai sebagai perjalanan, harapan, dan upaya memaknai kehidupan.
Demikian juga dengan karya Hadi Soesanto, 'Memory of The Past'. Hadi melukis enam ceret blurik yang polanya membentuk peta Indonesia. Melalui karya ini, Suwarno menjelaskan, sang seniman ingin mengatakan inilah wajah kesederhanaan masyarakat Indonesia yang tak ingin menimbun atau menguasai sumber mata air. Cukup ambil sesuai besaran ceret.
Baca Juga: Kecil Itu Indah, Menikmati Karya Seni Ukuran Mini
Direktur Pendhapa Art Space Ganes Satya Aji berharap pameran ini menjadi ruang pertemuan perupa dan publik hingga mampu menghadirkan diskusi bahwa kenyataan atau peristiwa dapat memberi kesan dan bisa digulirkan dalam karya rupa.
"Selanjutnya kami ingin masyarakat menilai dan tentu saja dapat mempertimbangkan, apa sesungguhnya yang ingin ditawarkan para perupa melalui karya-karyanya itu," katanya.
Adapun ke-33 perupa yang ikut pameran ini antara lain Afdhal, Agung Santosa, Agung Sukindra, Agus Kamal, Agus Putu Suyadnya, Ambrosius Edi Priyanto, Bambang Heras, Bambang Pramudiyanto, Decki Leos Firmansah, Djoko Susilo, Dunadi, dan F. Sigit Santoso.
Ada pula Hadi Soesanto, I Nyoman Agus Wijaya, I Nyoman Darya, Ignasius Dicky Takndare, Ivan Sagita, Jumaldi Alfi, Laksmi Shitaresmi, Lucia Hartini, Mahdi Abdullah, Melodia, dan Mulyo Gunarso. Tak ketinggalan ada Ostheo Andre, Rismanto, Robi Fathoni, Sudarisman, Sugijo Dwiarso, Suharmanto, Sumbul Pranov, Susilo Budi Purwanto, Totok Buchori, dan Wayan Cahya.