Bandung, Gatra.com - Salah satu kendala untuk melepasliarkan Boris adalah lamanya perizinan yang diperoleh Bali Zoo. Hal tersebut diungkapkan oleh Research and Education Manager Bali Zoo, Gusti Ayu Komang Nila Puspasari, Kamis (25/7).
"Hampir satu tahun perizinan baru keluar, jadi kami baru bisa mengirimkan Boris ke Aspinall," akunya saat ditemui di Kawasan Cagar Alam Situ Patenggang, Kabupaten Bandung.
Gusti Ayu mengatakan, pihaknya sudah mengajukan perizinan sejak 2017 lalu kepada pemerintah daerah setempat. Namun, izin baru keluar pada 2018. Sehingga, lanjutnya, Boris pun baru dibawa ke Bandung pada Agustus 2018.
Baca juga: Owa Jawa Pertama di Situ Patenggang
Dia menyayangkan lamanya respon pemerintah terkait pelepasliaran satwa. Padahal, kata Gusti Ayu, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem memasukkan Owa Jawa dalam daftar 25 spesies fauna dan dan flora prioritas konservasi.
"Sebenarnya sudah lama Pak Made (Made Wedana, Country Director The Aspinall Foundation Indonesia) datang ke Bali Zoo dan mengatakan Boris siap dilepasliarkan," katanya.
Boris sendiri Owa Jawa jantan yang lahir di lembaga konservasi Bali Zoo pada 2010 lalu. Dia memiliki tiga saudara, dengan kondisi fisik yang memungkinkan untuk dilepasliar.
Secara teknis, sebelum dilepasliar ke habitatnya, primata endemik Jawa tersebut harus 'disekolahkan' di Pusat Rehabilitasi Satwa Primata Jawa untuk mengembalikan prilaku aslinya sebagai satwa liar.
Baca juga: Sejak 2011 Ada 37 Owa Jawa Dilepasliarkan
Adapun Boris tiba di Pusat Rehabilitasi Satwa Primata Jawa di Patuha, Kabupaten Bandung pada Agustus 2018. Dia dipertemukan dengan Inge, Owa Jawa betina, pada awal Januari 2019.
Inge merupakan Owa Jawa betina hasil sitaan yang dipindahkan dari Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (Cikananga Wildlife Center) ke Patuha. Kemudian, keduanya dilepasliarkan ke Kawasan Cagar Alam Situ Patenggang, Kamis (25/7).
Owa Jawa merupakan satwa endemik Jawa yang statusnya dinyatakan hampir punah oleh International Union For Conservation of Nature (IUCN). Lantaran sebarannya hanya tersisa sebanyak 2.500 individu yang tersebar di beberapa kawasan konservasi dan hutan lindung di Jawa Barat.