Gunungkidul, Gatra.com - Baru 11 dari 33 geosite di kawasan Geopark Gunung Sewu yang masuk sebagai geotourism. Sebagian besar situs bumi itu belum tertata dan berisiko merusak bentang alam di masa mendatang.
General Manager Geopark Gunung Sewu Budi Martono mengatakan, 33 geosite di Geopark Gunung Sewu berada di tiga kabupaten yakni Pacitan, Wonogiri, dan Gunungkidul. Namun baru 11 situs yang dianggap sebagai geotourism, termasuk Goa Kalisuci di Gunungkidul.
Menurutnya, pengelola Kalisuci paham betul nilai dan harga objek wisata alam itu, termasuk dengan memberlakukan pembatasan jumlah wisatawan yang masuk ke situs tersebut.
"Pengelola harus memperhatikan keberlangsungannya, konservasi, sampah, pemberdayaan," katanya, kepada Gatra.com, di Bangsal Sewoko Projo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, Kamis (25/7).
Adapun geosite yang belum tertata sebagai geotourism, contohnya Goa Pindul dan Goa Cokro. Padahal Goa Pindul selama ini dipadati wisatawan.
"Kalau kasus di Pindul itu diteruskan, maka akan merusak stalagtit dan stalagmit. Tapi oleh kawan-kawan pariwisata di sana sudah mulai diperhatikan. Saya yakin bisa. Pengelola paham seandainya rusak tidak akan laku wisatanya," katanya.
Budi mengatakan situs-situs itu belum jadi geotourism karena keterbatasan anggaran. Sebab pemerintah daerah tak hanya memikirkan geopark. "Kami sedang menyusun masterplan dan saat ini sudah mulai tertata semua," ucapnya.
Namun ia menjelaskan bukan berarti semua geosite akan dijadikan geotourism. Semisal Goa Song Terus di Pacitan. Jika Goa Song Terus dijadikan geotourism, keberlangsungan situs akan terancam. "Di sana ada artefak manusia purba. Kalau dibuka menjadi destinasi massal akan rusak," bebernya.
Menanggapi kondisi ini, Bupati Gunungkidul Badingah mengatakan, geosite yang sudah menerima wisatawan akan dibenahi secara bertahap. "Ya nanti sambil jalan kami benahi. Tentu tidak bisa semua menjadi sebagaimana yang kita harapkan. Tentu step by step. Apalagi untuk Pindul, startnya sudah seperti itu (ramai wisatawan)," pungkasnya.