Banjarbaru, Gatra.com - Tenga Ahli Menteri Pertanian, Budi Indra, mengatakan, optimistis lahan rawa yang masih "tidur" dapat diolah untuk pembangunan pertanian Indonesia, khususnya guna mendukung swasembada pangan.
Budi dalam keterangan tertulis, Kamis (25/7), mengatakan, menggarap rawa untuk lahan pertanian perlu pendekatan teknologi yang tepat guna dan tidak dapat lagi menggunakan teknologi sederhana.
"Kita juga perlu dukungan dari berbagai pihak di samping pemerintah juga masyarakat setempat dan pemerintah daerah. Hal penting lain adalah kesinambungan program ini. Diharapkan semua kalangan tetap menjalankan kegiatan ini sampai diperoleh keberhasilan yang diharapkan," ujar Budi.
Sementara itu, Staf Ahli Infrastruktur Pertanian, Dedi Nursyamsi, menyampaikan, ada tiga kunci dalam keberhasilan pengelolaan rawa. Pertama, membenahi tata airnya yang mencakup pembenahan infrastruktur makro dan mikro.
"Penataan saluran air primer, sekunder, tersier, saluran cacing, gorong-gorong, tanggul, dan pintu air adalah hal yang sangat penting," ujarnya.
Baca juga: Pembenahan Tata Air Tingkatkan Produktivitas Pertanian Rawa
Kedua, lanjut Dedi, adanya teknologi pertanian khusus lahan rawa seperti varietas adaptif, pupuk organik dan hayati, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), teknologi amelioasi, dan mekanisasi. Kunci terakhir adalah eksekutor atau petani rawa itu sendiri.
Untuk mengelola rawa menjadi lahan pertanian atau pangan, pada Selasa kemarin (23/7), digelar Forum Group Discussion (FGD) Tata Kelola Infrastruktur Pertanian II di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Untuk mengelola rawa pasang surut atau lebak menjadi lahan pertanian, Kementan telah meluncurkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI). Program ini dilaksanakan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan rawa, peningkatan peran Petani dan Kelompok Tani atau Gabungan Kelompok Tani, penumbuhan dan pengembangan Kelompok Tani untuk melaksanakan Usaha Tani, dan pengembangan kawasan.
Lokasi SERASI berada di dua wilayah. Pertama, Sumatera Selatan (Sumsel) seluas 250 ribu hektare yang tersebar di Musi Banyuasin (Muba) 35 ribu hektare, Banyuasin 150 ribu hektare, dan Ogan Komering Ilir (OKI) 65 ribu hektare.
Kedua, Kalimantan Selatan (Kalsel) seluas 250 ribu hektare yang terbagi di Banjar, Batola, Tapin, Tanah Laut, HSU, HSS dengan luas masing-masing 35 ribu, 100 ribu, 35 ribu, 30 ribu, 20 ribu serta 30 ribu hektare. Sasaran yang ingin dicapai adalah produktivitas dan Indeks Pertanaman (IP), serta pengembangan usaha melalui korporasi petani.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mempunya andil dalam mendukung SERASI. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain melakukan survei investigasi dan desain (SID), identifikasi dan karakteristik lahan, penyediaan data sumber daya lahan rawa pada berbagai tingkat skala, serta penyusunan rekomendasi pengelolaan air, lahan dan budidaya tanaman. Selain itu, terdapat beberapa kegiatan pendukung meliputi demfarm, superimpose, serta bimbingan teknis dan pendampingan.
Demfarm terkait pemanfaatan lahan rawa antara lain pengembangan budidaya padi lahan rawa dengan teknologi Raisa, integrasi budidaya hortikultura dengan itik dan ikan, juga pengembangan budidaya itik di lahan rawa Kalsel dan Sumsel.
Lebih lanjut, ada budidaya ikan ramah lingkungan di lahan rawa, pengembangan implementasi mekanisasi pertanian pra dan pascapanen, serta menguatkan lembaga petani dan pengembangan pertanian korporasi di lahan rawa Kalsel dan Sumsel.
Baca juga: Biotara, Pupuk Hayati Lahan Pertanian di Rawa
Kegiatan superimpose meliputi pengelolaan lahan dan air menurut karakteristik hidrologis rawa pasang surut, implementasi teknologi pancakelola pengelolaan lahan rawa untuk pengingkapan IP dan produktivitas, juga pengelolaan kesuburan tanah rawa. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan pestisida nabati berbasis sumberdaya lokal dan mineral liat lahan rawa mendukung rekomendasi pemupukan.
Bimbingan teknis diselenggarakan terkait pengembangan pertanian lahan rawa mendukung program SERASI serta pendampingan yang sama di Kalsel dan Sumsel.
Selama periode 2018–awal 2019 beberapa kegiatan telah dilaksanakan serta kemajuan telah dicapai oleh SERASI. Contohnya, kegiatan demfarm baik di Sumsel maupun Kalsel. Di Sumsel, telah terancang desain tata kelola air juga kemajuan terkait budidaya itik dan budidaya ikan.
Untuk itik, berdasarkan laporan Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) sudah dalam tahap penentuan jenis itik untuk dibudidayakan yakni alabio dan pegagan. Dua jenis itik tersebut direncanakan untuk dipelihara oleh beberapa kelompok ternak dan masing-masing kelompok mendapat 500 ekor day old duck (anak itik).
Untuk budidaya ikan, ditentukan di tiga desa yaitu Telang Rejo, Telang Makmur, dan Sumber Hidup. Namun, berdasarkan laporan di lapangan, karena kondisi saluran air di demfarm yang sempit yakni lebar hanya 3,5 meter dengan kedalaman 2 meter maka budidaya ikan dilakukan dengan menggunakan kolam tanah dan net tancap. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah gurame dan lele yang akan dipesan di Balai Benih Ikan.
Terkait Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Korporasi telah melewati tahap identifikasi kondisi terkini kelembagaan petani, koordinasi dengan BPPSDMP juga Dinas Kabupaten dan Dinas Provinsi Sumsel, forum group discussion guna persiapan rancangan pola pengembangan korporasi pertanian, hingga rencana dan koordinasi studi banding petani, PPL, Dinas, dan Petugas Lapang Pilot Project Program ke Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Baca juga: Kearifan Lokal dan Pengembangan Rawa untuk Pertanian
Sedangkan untuk SERASI di Kalsel juga sudah dirancang desain tata kelola air dan dalam tahap penyiapan infrastruktur pengelolaan air di saluran tersier, pematang, sarana pendukung irigasi atau drainase, pemasangan water loger, dan lainnya.
Untuk demfarm, telah dilakukan pembersihan lahan, mengeluarkan air dari petakan sawah agar bisa dilakukan pengolahan tanah lebih lanjut, pembuatan persemaian yang telah siap tanam 9 Juli, serta pengolahan tanah dengan lahan siap tanam 60 hektare.
Budidaya ikan juga diinisiasi di SERASI Kalsel seperti halnya di Sumsel, budidaya akan disebar ke kelompok tani yang akan memelihara ikan haruan, papuyu, dan lele yang benihnya akan dipesan ke Balai Benih Ikan. Berdasarkan karakteristik lokasi, budidaya ikan dilakukan dengan menggunakan karamba apung dan net tancap.