Jakarta, Gatra com - Wakil Ketua Komisi VI DPR, Azam Azman Natawijana mengingatkan pemerintah untuk tidak perlu mengimpor etanol.
"Kebijakan kita dengan Pakistan ini bisa membunuh industri etanol dalam negeri. Karena produksi Pakistan ini jauh lebih besar daripada produksi Indonesia. Pasti Pakistan akan berupaya untuk melepas produksi etanol ini sebanyak-banyaknya," kata Azam saat memimpin rapat kerja di Komisi VI, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (24/7).
Pasar terdekat dari Pakistan tentu saja Indonesia atau ke negara ASEAN lain yang populasinya besar.
Baca Juga: Ketua APTRI Sebut Isu Mafia Tetes Terlalu Berlebihan
Azam menegaskan agar pemerintah memikirkan lebih dalam impor etanol. “Pemerintah harus mengambil keputusan dengan bijak. Pikirkan rakyat Indonesia,” tegasnya.
Pemerintah Indonesia hendaknya harus mempertimbangkan industri etanol dalam negeri. Kualitas produksi etanol Indonesia, dia nilai, bahkan jauh lebih bagus daripada punya Pakistan. Produksi etanol Indonesia juga dihilirisasi ke industri turunannya, semisal kosmetik.
Tak disangkal, impor dari Pakistan ini memang lebih murah. Jika dihitung selisihnya bisa mencapai Rp1.500. Tetapi, baginya, itu tidak bisa dipertentangkan. Sebab industri dalam negeri memiliki tenaga kerja di belakangnya.
Baca Juga: Buka Pameran Otomotif GIIAS, Menperin: Industri Otomotif Andalan Indonesia 4.0
Selain mengingtkan pemerintah mengenai urgensi terhadap kebutuhan etanol, Azam juga berbicara mengenai peran teknologi dalam menciptakan komoditas baru. Teknologi telah membuat semua bahan baku menjadi berharga.
Mengenai isu mafia tetes, misalnya, Azam berkomentar, bahwa tetes ini dulu tidak berharga. Tetapi sekarang semua orang mau memanfaatkan segala hal dengan mengambil banyak keuntungan. Dengan demikian, tetes bisa menjadi nilai tambah yang bisa diproduksi untuk etanol, bumbu masak, dan kosmetik. Di masa lalu, tetes itu, sebatas untuk minuman kuda. Hari ini, teknologi membuatnya jadi berharga