Jakarta, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia dan menteri Agroindustri Argentina akan menandatangani perjanjian ekspor buah-buahan Indonesia dan peningkatan volume CPO kelapa sawit.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam keterangan tertuis, Rabu (24/7), menyampaikan, penandatangan perjanjian tersebut rencananya akan dilakukan di Jakarta pada September mendatang.
Perjanjian tersebut akan diteken setelah Amran melakukan pertemuan dengan Presiden Argentina Mauricio Macri di Buenos Aires, Argentina, Senin (22/7), menindaklanjuti pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Mauricio di Istana Bogor, Jawa Barat (Jabar), Rabu (26/6).
Baca juga: Mentan Temui Mauricio, Buah Indonesia Tembus Argentina
Menurut Amran, pertemuannya dengan orang nomor satu di Argentina itu sukses menghasilkan kesepakatan kerja sama yakni pemerintah Argentina siap mengimpor mangga, pisang, manggis, nanas, dan salak asal Indonesia. Argentina juga berkomitmen untuk menambah volume ekspor CPO dari kuota yang ada.
"Kami sudah sepakat bahwa untuk bekerja sama akan ditingkatkan, utamanya dalam pengembangan teknologi pertanian, yaitu dryer, silo, dan mekanisasi pengolahan hasil pertanian," kata Amran.
Menurutnya, persetujuan itu akan diawali dengan penandatangan perjanjian antara Kementerian Pertanian dan Menteri Agroindustri Argentina. Rencananya perjanjian ini akan dilaksanakan di Jakarta pada bulan September 2019 mendatang.
"Yang jelas, kedua negara sudah berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama perdagangan bidang pertanian yang saling menguntungkan dan seimbang. Karena itu kami akan mendorong dan mamfasilitasi sektor swasta untuk mewujudkan hal tersebut. Dengan begitu, volume dan nilai perdagangan kedua negara dapat ditingkatkan secara signifikan," katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Ketut Kariyasa, mengatakan bahwa proses ekspor ini akan menambah deretan angka ekspor yang dilakukan pemerintah Indonesia selama 4,5 tahun terakhir.
"Apalagi selama ini ekspor produk pertanian kita menunjukkan kinerja yang sangat membanggakan. Kita tahu pada tahun 2013, ekspor kita masih sekitar 33,5 juta ton, namun pada tahun 2014 dan 2016 meningkat menjadi 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton," katanya.
Kariyasa mengatakan, peningkatan ini juga terjadi pada tahun 2017 dan 2018. Ekspor Indonesia pada saat itu meningkat menjadi 41,3 juta ton dan 42,5 juta ton. Angka sebesar ini, jika dibandingkan tahun 2013, jumlahnya meningkat lebih dari 9 juta ton atau 26,9%.
"Yang cukup menarik untuk diperhatikan bahwa selama periode 2014-2018, total volume ekspor pertanian mencapai 195,7 juta ton, sehingga ada akumulasi tambahan volume ekspor selama periode tersebut sekitar 28,3 juta ton," katanya.
Menurut Kariyasa, akumulasi tambahan volume ekspor ini jika ditotal angkanya mencapai 84,5% dari jumlah ekspor produk pertanian tahun 2013 yang sebesar 33,5 juta ton. Di sisi lain, nilai ekspor produk pertanian juga terus meningkat hingga Rp320,9 triliun pada tahun 2013 serta Rp368,4 triliun dan Rp 375,5 pada tahun 2014 dan 2016.
Baca juga: Peluang Ekspor Buah Lokal Indonesia yang Disukai Warga Cina
"Nilai ekspor produk pertanian berlanjut meningkat pada tahun 2017 dan 2018 menjadi Rp442,3 triliun dan Rp415,9 triliun. Artinya, selama 2014-2018, total nilai ekspor produk pertanian Indonesia mencapai Rp1.957,5 tirliun," katanya.
Adapun untuk posisi ekspor produk pertanian Indonesia, saat ini masih didominasi komoditas perkebunan yang mencapai 91,45. Meski demikian, kinerja ekspor Indonesia sangat ditentukan oleh kinerja produksi perkebunan saat ini.
"Dalam upaya meningkatkan peran penting dan strategis sektor pertanian, maka, Kementerian Pertanian sudah menyiapkan program terobosan selama 5 tahun ke depan melalui program Bun500 yang di-launching Bapak Menteri Pertanian pada tanggal 18 Juli di Palangkaraya, Kalteng," katanya.