Jakarta, Gatra.com - Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi, menekankan pentingnya pembenahan tata kelola air makro maupun mikro untuk menunjang produktivitas pertanian di lahan tidur seperti rawa dan lebak.
"Pembenahan ini harus dimulai dari perbaikan infrastruktur seperti normalisasi saluran primer, sekunder, tersier, kuarter, serta perbaikan pintu air, gorong-gorong, border, dan lain-lain," ujar Dedi saat membuka Fokus Group Diskusi (FGD) Tata Kelola Infrastruktur Pertanian II di Balai Penelittian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (23/7).
Menurut Dedi, dengan pembangunan Infrastruktur, upaya pemerintah dalam membangunkan lahan tidur akan semakin mudah dan gampang. Apalagi Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini sedang progres menjalankan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi).
"Upaya selanjutnya adalah mengimplementasikan inovasi teknologi pertanian rawa seperti varietas padi Inpara, pemupukan berimbang, pupuk hayati, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)," katanya.
Baca juga: Kearifan Lokal dan Pengembangan Rawa untuk Pertanian
"Yang tak kalah penting juga sebenarnya pemberdayaan petani rawa, baik melalui penyuluhan dan demonstration farm dalam menggarap lahan rawa pertanian," ujarnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Prof. Budi Indra Setiawan, menjelaskan bahwa secara garis besar tata air makro di lahan rawa nasional ada dua macam yakni sistem garpu dan sisrtem sisir.
"Sistem garpu dikembangkan di Kalimantan Selatan, sedangkan sistem sisir dikembangkan di Sumatera Selatan dan Riau," katanya.
Budi mengatakan, secara teknis kedua sistem tata air itu merupakan pengembangan dari sistem handil kearifan lokal masyarakat Banjar di lahan rawa. "Kemudian jika sistem ini diterapkan dengan benar, maka air di lahan rawa bisa dikendalikan dengan baik," katanya.
Kepala Balittra, Hendri Sosiawan Cesa mengatakan bahwa daerah yang sudah menerapkan tata air makro dan mikro ini antara lain ada di Kabupaten Batola, Kalimantan Selatan. Di sana, lahan yang ada menjadi sentra produksi jeruk dan padi dengan kualitas bagus.
"Petaninya hidup makmur bahkan mereka mampu melaksanaan ibadah haji dan umroh beberapa kali," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman, menyatakan kesiapan pemerintah daerah untuk mendukung suksesnya program serasi secara masif.
Baca juga: Biotara, Pupuk Hayati Lahan Pertanian di Rawa
"Dukungan kami antara lain berupa penyelesaian survei investigasi desain (SID), pemeliharaan alsintan termasuk eskavator dan pengadaan bahan bakar minyak," katanya.
Sekadar diketahui, program serasi sudah masuk tahap progres panen yang tersebar di beberapa provinsi. Antara lain ada di Kalsel, Sumsel, dan Sulsel. Adapun kegiatan utama dari program ini memfokuskan garapan lahan pada sawah eksisting.
Sedangkan untuk Fokus Group Diskusi ini bertujuan untuk menjaring masukan tentang pengelolaan infrastruktur air, implementasi inovasi teknologi, dan pemberdayaan petani mendukung program serasi. Acara ini dihadiri oleh Dinas Pertanian provinsi, Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Badan Litbang Pertanian, serta Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDMP.