Purwokerto, Gatra.com – Akhir-akhir ini, masyarakat di pesisir selatan Jawa dibuat resah oleh prakiraan adanya potensi gempa megathrust dan tsunami setinggi 20 meter yang dikemukakan oleh seorang pakar tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Ongko.
Menanggapi prakiraan potensi tsunami besar itu, ahli geologi struktur dan kegempaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Asmoro Widagdo, MT mengatakan bahwa ancaman tsunami memang benar-benar nyata, terutama di pesisir selatan Pulau Jawa.
Sebab, sisi selatan berhubungan langsung dengan zona penunjaman Lempeng Samudra Hindia-Australia ke bawah Lempeng Benua Eurasia. Tsunami dengan ketinggian gelombang kecil telah terjadi berkali-kali.
“Namun apakah tsunami besar pernah terjadi dan akan terjadi di selatan Jawa? Hal ini perlu riset yang lebih mendalam dan komprehensif melibatkan berbagai disiplin ilmu," katanya, Selasa malam (23/7).
Dia menjelaskan, kemungkinan terjadinya tsunami besar dapat dijawab dengan riwayat tsunami di Jawa pada masa lampau. Fenomena alam dipelajari dengan prinsip pada hukum geologi dimana kejadian geologi masa kini dapat digunakan sebagai kunci menjelaskan fenomena geologi masa lampau.
“Demikian pula, hasil rekam jejak fenomena geologi tsunami masa lampau dapat dijadikan kunci untuk menjawab kemungkinan terjadinya bencana serupa di masa datang,” katanya.
Dia menyatakan, daerah Jawa Tengah selatan antara Cilacap hingga Kebumen merupakan daerah yang ideal untuk penelitian tsunami masa lampau. Di daerah ini dapat dijumpai belasan garis pantai purba dan belasan deretan rawa purba di belakang pantai tersebut.
“Sehingga rekaman jejak tsunami akan kita jumpai di endapan pantai dan rawa purba ini,” kata anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) itu.
Asmoro mengemukakan, Geologi Unsoed telah melakukan penelitian kecil dengan melakukan pengeboran dangkal untuk mengambil contoh batuan dari endapan rawa purba di daerah timur Cilacap. Hasilnya memang kita temukan adanya fragmen batuan gamping dari laut yang lebih dalam pada daerah rawa purba.
Menurut dia, ini menunjukkan telah terjadi tsunami yang membawa fragmen batu gamping tersebut. Namun ukuran fragmen yang ditemukan berukuran kerikil.
“Sehingga kami duga bukan tsunami besar yang membawa fragmen batu gamping tersebut ke daerah rawa di belakang pantai,” katanya.
Dia menerangkan, jalur-jalur endapan
pantai dan rawa purba yang dijumpai di Cilacap timur hingga Kebumen masih dapat di lihat dengan jelas. Setidaknya hingga endapan pada umur rawa yang berumur 11.500 tahun. Tim penelitian belum menemukan jejak endapan tsunami yang berukuran besar.
Sebab itu, kesimpulan sementara ini, bahwa tsunami yang pernah terjadi di selatan Jawa, khususnya Jawa Tengah hanya berkuran kecil hingga sedang saja. Tsunami besar akan merusak deretan pantai purba yang ada. Namun belasan jejak pantai purba di daerah cilacap masih terpreservasi dengan bagus.
“Sepertinya belum ada arus yang sangat kuat yang menghapuskannya hingga 11.500 tahun yang lalu. Namun demikian penelitian terhadap endapan pantai purba yang lebih tua perlu dilakukan,” terangnya.
Dia mengemukakan, dalam kajian bencana lainnya, yakni di patahan aktif biasanya digunakan istilah aktif bila pernah bergerak dalam kurun waktu 10 ribu tahun terakhir. Patahan ini biasanya sangat dipertimbangkan dalam pembangunan infrastruktur sipil. Fenomena Tsunami yang yang juga terkait dengan aktifnya suatu patahan dapat mengacu pada angka ini.
“Dengan kata lain, lain patahan besar di selatan Jawa tidak perlu dikhawatirkan namun perlu kita kenali lebih lanjut. Patahan kecil akan menghasilkan gempa yang lebih kecil akan sering terjadi di selatan Jawa,”
Menurut dia, gempa kecil-sedang perlu diwaspadai namun tak perlu perlu ditakuti secara berlebihan. Mestinya potensi gempa itu disikapi secara positif dengan membangun kesiapan warganya agar mengenal dan siap menghadapi fenomena kebencanaan geologi.