Purbalingga, Gatra.com – Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, menyatakan peluang ternak di Purbalingga baru termanfaatkan sebesar 25-30 persen dari potensi pakan yang tersedia. Potensi pakan itu mestinya bisa diubah menjadi peluang bagi masyarakat.
Menurut dia, saat ini baru ada 53 ribu hewan ternak dari seharusnya sebanyak 222 ribu ekor hewan ternak. Ketersediaan pakan yang melimpah itu bisa dikonversi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat yang permintaannya terus naik.
“Peluang dan potensinya masih sangat besar. Karena baru ada 25-30 persen unit hewan ternak yang ada di Purbalingga,” kata Tiwi, dalam kontes hewan ternak di Purbalingga, Selasa (23/7).
Melihat potensi pakan yang besar, Tiwi mengajak warga Purbalingga untuk menjadi peternak. Terlebih, plasma nutfah Purbalingga telah diakui secara nasional. Misalnya, sumber daya genetik kambing Kejobong.
“Sehingga gaung peternakan di Purbalingga sudah diakui diluar dan hal itu bisa terus untuk dikembangka,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, ternak asal Purbalingga juga kerap menjuarai kontes kambing etawa tingkat nasional. Untuk itu, ia meminta agar sumber daya yang ada itu harus terus dikembangkan.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Purbalingga, Mukodam, mengatakan bahwa 56 persen lahan di Purbalingga merupakan lahan pertanian. Dunia pertanian Purbalingga akan lebih berkembang jika berjalan beriringan dengan peternakan.
Limbah hasil pertanian bisa digunakan untuk pakan ternak. Sebaliknya, kotoran hewan bisa menjadi pupuk organik. Namun, pemanfaatan limbah peertanian itu belum maksimal. Terbukti kebutuhan pakan Purbalingga masih disulplai dari luar daerah.
“Purbalingga adalah daerah agraris sehingga hal itu juga bisa berdampak positif pada peternakan. Limbah hasil pertanian bisa digunakan untuk pakan ternak yang selama ini didatangkan dari luar daerah,” kata Mukodam.
Sementara, kontes hewan ternak di Purbalingga melombakan enam kategori. Yaitu sapi peranakan ongole jantan, sapi peranakan ongole betina, sapi simmental, sapi limousine, pedet pejantan hasil inseminasi buatan dan pedet betina hasil inseminasi buatan.