Purwokerto, Gatra.com - Sebagian besar masyarakat Banyumas dan perbatasan Jawa Barat mengenal sosok Raden Kamandaka sebagai anak Raja Pajajaran yang berjiwa satria. Akan tetapi, ada versi lain yang menyebutkan bahwa pangeran bernama asli Banyak Catra ini adalah pencuri calon istri Prabu Pulebahas yang bertahta di Pulau Nusakambangan.
Cerita rakyat yang sangat populer di wilayah Banyumas tersebut dikemas dengan pementasan satire "Geger Pasir Luhur" garapan Forum Teater Kontemporer Purwokerto, di halaman Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Senin (22/7) malam. Mereka mengangkat Babad Kamandaka versi Nusakambangan dengan kemasan yang lebih modern dan jenaka.
Adegan dibuka dengan pementasan tetabuhan calung yang mengiringi seni begalan, sebuah kesenian Banyumas yang biasa ditampilkan untuk mengantar pertemukan mempelai perempuan dan lelaki pada upacara pernikahan. Kali ini, Pulebahas dan Dewi Ciptarasa yang hendak menikah.
Akan tetapi, Kamandaka, yang menaruh hati pada Dewi Ciptarasa, berupaya merebutnya dari tangan Pulebahas. Terjadilah huru-hara, Nusakambangan pun luluh lantak. Beberapa aktor kerasukan lalu lalu berjoget layaknya pementasan kesenian ebeg.
Kabar perebutan calon istri orang tersebut menjadi pembicaraan masyarakat. Tak hanya di koran, tapi juga media sosial. Kasak-kusuk semakin menjadi-jadi ketika para aktor turut menebar cerita dengan cara mendatangi penonton.
Pada sesi diskusi, salah satu penonton, Agus Rianto, mengatakan, para aktor masih terkesan belum mampu mengembangkan improvisasi gerakan dan dialog. Pasalnya, cerita yang dibawakan memiliki karakter mirip pertunjukan ludruk.
"Dialog antar-pemusik sekaligus aktor yang saling menyahut (sampagan) masih kurang mengalir. Seharusnya hal ini yang dapat menghidupkan suasana," kata dia.
Sutradara pentas, Syaikhul Irfan, menyampaikan bahwa pertunjukan tersebut akan ditampilkan pada momentum Temu Teater Mahasiswa Nusantara (Teman) di Yogyakarta, 26 Juli hingga 2 Agustus 2019. Dia ingin mengenalkan sejumlah kesenian asli Banyumas seperti begalan dan ebeg dalam beberapa fragmen.
"Kami memang butuh masukan untuk pentas ini. Apa yang masih kurang dan apa yang perlu diperbaiki," kata pria yang akrab disapa I'ank ini.
Menurut dia, para aktor dan kru pementasan merupakan gabungan dari sejumlah pegiat teater mahasiswa. Mereka membentuk Forum Teater Kontemporer Purwokerto.