Jakarta, Gatra.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo, menyebut nilai Corruption Perception Index (CPI) mengalami peningkatan pasca reformasi.
"Kita bergerak cukup lumayan. CPI kita pada zaman Orde Baru itu paling jelek di Asia," kata Agus di acara Gakkum Fest, yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa (23/7).
Sembari memperlihatkan infografik terkait indeks korupsi Indonesia mulai tahun 1999, Agus menyebut bahwa dalam grafik CPI, Indonesia hanya memiliki nilai 17 pada masa Orde Baru.
Ada data lima negara yang dipresentasikan Agus dengan membandingkan seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.
"Pada waktu itu (1999), Malaysia sudah 51, dan Singapura malah jauh lebih tinggi lagi. Kita paling bawah," ujar Agus.
"Tapi, bapak-ibu perhatikan, pelan-pelan kita naik," tambahnya.
Agus mengungkapkan Meski masih di bawah Malaysia, nilai CPI Indonesia menjadi 38, dan mengungguli empat negara lainnya.
Menurut Agus, melalui perbandingan populasinya, Indonesia masih lebih unggul daripada Singapura dan Brunei Darussalam.
"Jumlah penduduk Singapura cuma enam juta, itu saja lebih banyak Jakarta. Lalu Brunei Darussalam penduduknya cuma 600 ribu, sama dengan salah satu kabupaten kita, mungkin," katanya.
Terkait data CPI ini, lanjut Agus, sengaja diterbitkan berdasarkan kajian dari sembilan lembaga internasional. Ada tiga lembaga yang menilai Indonesia masih jelek, salah satunya adalah skor dari World Justice Project yang hanya memberikan skor 20.
“Kita bahkan bisa menyalip Brazil (36). Lalu hanya tertinggal satu angka dengan Cina (39) dan tiga angka dengan India (41),” katanya.