Makassar, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong Badan Urusan Logistik (Bulog) menyerap gabah petani di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang Agustus nanti pindah panen gadu.
"Kami tetap mendorong Perum Bulog untuk melakukan transfer gabah atau beras ke petani, ditransfer ke dalam bulan Agustus akan masuk panen gadu," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi, apakah Kementan mendampingi kunjungan kerja (kunker) Komisi IV DPR RI di Kantor Bulog Sulselbar, Senin (22/7).
Kunker Panitia Kerja Bantuan Sosial (Bansos) Beras Sejahtera (Rastra) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dipimpin oleh I Made Urip? Dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.
Kunker tersebut Untuk mengumpulkan data dan informasi terkait program Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Salah satu pihak yang menyediakan entri adalah Kementan dan Kementerian Sosial (Kemensos) terkait rencana pelaksanaan program BPNT.
Untuk program ini, Bulog ditunjuk sebagai penyalur beras mulai September-Desember 2019. Menurut Made, "program BPNT memulai kegiatan serapan dan penyaluran beras Bulog tidak seimbang. Satu sisi, Bulog harus menyerap gabah dan beras petani agar harga di petani tidak jatuh.
"Sisi lain, penyaluran melalui program Rastra semakin terbatas. Saat ini, stok beras Bulog sangat besar, bahkan sebagian besar ada yang rusak," ungkapnya.
Agung dalam keterangan tertulis, menambahkan, pihaknya melakukan sharing guna meningkatkan produksi pangan, khusus beras. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) harus dijaga dalam batas yang aman sepanjang waktu dan khusus pada akhir tahun minimal 1,5-2 juta ton.
"Pemerintah melalui Rakortas di Kemenko Perekonomian sudah menyepakati stok aman CBP pada akhir tahun ini, 1,5-2 juta ton," katanya.
Untuk itu, Kementan mendorong Bulog menyerap gabah atau beras petani. Kementan sangat mendukung Bulog menjadi penyalur beras untuk program BPNT sehingga terjadi keseimbangan antara menarik dan penyaluran.
Selain terkait dengan pendapatan raya gadu, lanjut Agung, sergap harus tetap dioptimalkan, juga dipertimbangkan pemerintah melalui surat edaran Menteri Sosial (Mensos) yang memutuskan Bulog menjadi penyalur beras untuk program BPNT juga memberikan bantuan kebijakan dan kontrol Stabilisasi Harga atau Operasi Pasar beras dengan Perum Bulog yang diperpanjang hingga akhir tahun 2019.
"Kebutuhan ini diperkirakan akan membutuhkan beras Bulog sekitar 800-900 ribu ton yang disalurkan ke masyarakat. Untuk itu harus tetap diimbangi dengan pengalihan gabah dan beras petani agar stok beras di Bulog aman," katanya.
Agung menyampaikan, stok beras Bulog saat ini mencapai 2,3 juta ton. Sementara kebutuhan BPNT dan operasi pasar (OP) hingga akhir tahun 2019 diprediksi mencapai sekitar 900 ribu ton.
"Untuk meningkatkan cadangan CBP kegiatan sergap harus ditingkatkan dan ditingkatkan. Sulawesi Selatan pada bulan Agustus diprediksi panen 250 ribu hektare atau produksi sekitar 1,25 juta ton GKG," kata Agung.