Jakarta, Gatra.com - Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perlambatan. Hal ini terlihat dari share industri manufaktur pada 2018 hanya mencapai 21% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy menjelaskan, secara historis memang terdapat penurunan share industri manufaktur setidaknya dalam 15 tahun terakhir. Dimana rekor share manufaktur tertinggi pada 2001 mencapai 31% terhadap PDB. Selain share industri yang rendah, pertumbuhan sektor industri manufaktur pun hanya mencapai 4,27% pada 2018.
“Share dan pertumbuhan industri manufaktur inilah yang menjadi indikasi bahwa Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi dini,” jelasnya saat dihubungi oleh Gatra.com, Senin (22/7).
Baca Juga: Perang Dagang Jepang-Korsel Hambat Ekspor Indonesia
Yusuf juga menjelaskan, guna menangani permasalahan tersebut diperlukan revitalisasi industri. Penting menciptakan penghubung industri dari hulu hingga hilir. Salah satunya, penyediaan bahan baku mentah yang diolah dalam negeri.
“Karena, 60% bahan baku masih berasal dari impor. Selain itu, diperlukannya perluasan pasar ekspor untuk produk manufaktur Indonesia," imbuhnya.
Sementara itu, berbagai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur telah diterapkan oleh pemerintah. Termasuk diantaranya seperti deregulasi perizinan, pemotongan tarif pajak untuk industri, dan pemberian tarif. Namun, Yusuf menilai berbagai kebijakan tersebut belum berdampak banyak terhadap industri manufaktur.