Solo, Gatra.com – Hotel menjadi salah satu komponen penting di sebuah kota, baik sebagai investasi maupun untuk menunjang pariwisata. Namun pembangunan hotel juga harus dilihat kuantitas atau jumlahnya di satu kota.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo Abdullah Suwarno mengatakan dari waktu ke waktu jumlah hotel di Solo terus bertambah. Berbagai pihak pun berpendapat mengenai banyaknya hotel di Solo. Ada yang setuju, ada yang tidak.
”Memang saat ada event, hotel di Solo selalu penuh dan kehabisan kamar. Ini juga berlaku untuk hotel sekecil apapun. Namun hanya saat-saat tertentu saja,” ucapnya dalam dialog bersama PHRI Solo mengenai 'Seberapa Perlu Pembangunan Hotel Baru di Solo', Senin (22/7) di Hotel Novotel Solo.
Baca Juga: Trans Jawa Aktif, Hotel Solo Incar Pasar Jatim
Di sisi lain, hotel-hotel di Solo belum bisa mencapai okupansi ideal. Abdullah menilai, okupansi hotel di Solo belum baik, yakni hotel bintang 3 sampai hotel bintang 5 rata-rata 45 persen, bahkan hotel kecil hanya 30 persen. ”Padahal, untuk operasional layak, okupansi hotel berada di angka 55-60 persen,” ucapnya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa mengendalikan pertumbuhan hotel di Solo. Sebab jumlah hotel di Solo makin banyak. Pada 2014, ada 147 hotel bintang dan non-bintang. Pada 2015 jumlahnya bertambah menjadi 153 hotel, lalu setahun kemudian 156 hotel. Pada 2017 memang tidak ada penambahan tapi tahun 2018 jumlahnya menjadi 166 hotel.
”Kalau dari segi kajian memang yang dibutuhkan hotel bintang 4 dan bintang 5. Sebab saat event hotel-hotel ini selalu penuh. Di sisi lain investor lebih banyak yang tertarik untuk investasi pada bintang 3 ke bawah,” ucapnya.
Lantaran minim kunjungan, hotel bintang rendah akhirnya berubah menjadi penginapan dan kos. ”Untuk itu perlu ada kajian dari pemerintah mengenai pertumbuhan jumlah hotel di Solo. Pemerintah harus melihat ketimpangan permasalahan dan melihat kembali aturannya,” ucapnya.
Baca Juga: Okupansi Hotel di Solo Tetap Tinggi Usai Libur Lebaran
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Solo Toto Amanto mengatakan, pemerintah sudah berupaya melakukan pemerataan hotel dari kawasan Solo tengah dan selatan ke kawasan Solo utara.
Salah satu investor pun telah membangun apartemen dengan tujuh gedung di kawasan Solo utara. ”Harapannya hal ini bisa menjadi pancingan untuk pengembangan di kawasan ini,” ucapnya.
Menyikapi investor yang mendapat izin tapi tidak segera membangun, DPMPTSP menyebut sudah berupaya maksimal. Toto mengatakan, investor itu sudah diberi surat peringatan.
”Namun kami harus humanis, tidak bisa merubuhkan begitu saja. Sebab investor mungkin terkendala modal atau faktor lain. Namun untuk moratorium kami tidak mungkin sebab Solo ini pro investasi. Makanya yang kami upayakan pemerataan,” ucapnya.