Jakarta, Gatra.com - Direktur Keuangan PT Pos Indonesia, Eddi Santosa membantah adanya isu atau informasi bahwa PT Pos mengalami kebangkrutan.
"Ya nggak lah, ada-ada saja. Bagaimana bisa dibilang bangkrut? Jelas ini pendiskreditan tanpa data," katanya kepada Gatra.com, di Jakarta, Senin (22/7).
Eddi juga membantah isu bahwa pihaknya sampai meminjam uang untuk membayar gaji karyawannya. Meski mengaku ada pinjaman dana namun itu untuk mendanai kegiatan operasi serta tagihan perusahaan.
"Modal kerja itu dipinjam dari bank. Pinjaman ini unplegged, artinya tidak ada aset yang diagunkan. Membayar gaji termasuk dalam biaya operasi. Tapi bukan berarti pinjam uang untuk bayar gaji. Intinya tidak akan ada bank yang mau memberi pinjaman untuk tujuan bayar gaji," katanya.
Eddi menjelaskan, perputaran uang Pos Indonesia per bulan rata-ata sebesar Rp20 triliun.
Pihaknya pun telah mendapatkan rating A- dari lembaga pemeringkat PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia).
"Perusahaan struggle (bertahan) dalam menghadapi disrupsi (perubahan) itu wajar saja. Untuk menjawab disrupsi yang tengah terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini, Pos Indonesia sedang melakukan transformasi bisnis meliputi semua aspek, bisnis, SDM, penguatan anak usaha, pengembangan produk lain dan lain-lain," katanya.
Pihak memberi apresiasi kepada anggota DPR Rieke yang meminta agar pemerintah tidak tinggal diam terkait isu tersebut.
"Kami sangat mengapresiasi apa yang disampaikan oleh ibu Rieke Dyah Pitaloka, sebagai wujud pembelaannya kepada PT Pos Indonesia. Benar bahwa diperlukan keterlibatan pemerintah untuk melakukan proses penyehatan Pos Indonesia, yang sudah lama tertunda," katanya.
Sebelumnya, beredar isu bahwa PT Pos Indonesia (Persero) mengalami kebangkrutan menyusul adanya indikasi bahwa perusahaan logistik ini mengalami situasi sulit dibidang keuangan.