Jakarta, Gatra.com – Pelaksana harian Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengimbau masyarakat tidak panik merespon prediksi gempa dan tsunami sebesar 8,8 Skala Richter (SR) di Selatan Jawa.
"Panik tidak ada gunanya, yang bagaimana persiapan menghadapi bencana itu. BMKG sudah mengkonfirmasi gempa itu benar adanya," kata Agus Wibowo saat ditemui Gatra.com di Graha BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Senin (22/7).
Agus memaparkan masyarakat harus mulai terbiasa melakukan mitigasi bencana, terlebih di daerah rawan bencana di selatan Jawa.
Jika telah mengetahui daerahnya rawan bencana, Agus menyarankan masyarakat mengecek apakah daerahnya terkena dampak bencana melalui aplikasi InaRisk yang dirilis BNPB.
Setelah itu, lanjut Agus perlu dilakukan respon dengan memperhatikan apakah rumah yang ditinggali sudah tahan bencana ataukah belum. Masyarakat juga perlu memperhatikan rambu dan jalur evakuasi di sekitarnya dan perlu melakukan simulasi respon bencana jika pernah di daerahnya.
Sebagai respon atas kerentanan bencana gempa dan tsunami di Selatan Jawa, Agus menyebut sejak kabar potensi gempa 8,8 Skala Richter beredar, BNPB telah memulai ekspedisi Desa Tanggap Bencana (Destana) Tsunami di Selatan Jawa, yang telah berlangsung sejak 12 Juli hingga nanti 17 Agustus 2019 dari Banyuwangi hingga Banten.
Dalam ekspedisi tersebut, BNPB bersama relawan dan instansi terkait melakukan sosialisasi tanggap bencana, mitigasi hingga pemasangan rambu dan jalur evakuasi tsunami di desa-desa yang dilalui sepanjang pantai selatan Jawa.
"Kalau kita lihat menurut BMKG, Gempa dan tsunami di Selatan Jawa sudah sering, sudah pernah terjadi 16 kali gempa dan 5 kali tsunami terakhir tahun 2006. Artinya masyarakat memang harus siap siaga," kata Agus.
Namun Agus menyayangkan, meski kerap terjadi gempa dan tsunami sejak dahulu di Selatan Jawa, masyarakat tidak mewariskan informasi dan pengetahuan tentang bencana secara turun-temurun.
"Sebenarnya yang jadi masalah ilmu menghadapi gempa dan tsunami tidak diturunkan ke generasi berikutnya. Apalagi banyak pendatang bangun bangunan yang tidak memenuhi syarat menghadapi gempa," kata Agus.