Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan bahwa Indonesia mustahil mengalami kekurangan atau kehabisan stok bahan pangan, selama manajemen pangan dan pengelolaan sumberdaya dilakukan secara benar.
"Selama dikelola dengan baik, keanekaragaman pangan kita tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia, tapi juga dunia," ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, di Jakarta, Senin (22/7).
Kuntoro dalam keterangan tertulis, menjelaskan, berdasarkan riset yang telah dilakukan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Kementan, ada sekitar 100 jenis pangan sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, serta 450 jenis buah yang dimiliki Indonesia.
Oleh sebab itu, bila menilik kekayaan pangan itu, Kuntoro menyesalkan masih ada anggapan yang menilai Indonesia belum mandiri dan swasembada, apalagi hanya dari satu sudut pandang satu komoditas saja.
"Misalnya selalu dibahas beras. Untuk kecukupan beras, sebenarnya dapat secara mudah dijelaskan bahwa negara kita telah swasembada," ucapnya.
Kuntoro mengatakan, pada iklim ekstrim el nino tahun 2015 dan la nina 2016, Indonesia tidak harus mengimpor beras seperti kejadian yang sama di era 1997 dan 1998.
Pada tahun 1997 dan 1998, Indonesia saat itu memutuskan impor beras 12,1 juta ton. Seharusnya jika dibandingkan tahun 2015 dan 2016, dapat terjadi hal yang sama, apalagi jumlah penduduk jauh bertambah dan kekuatan el nino dan la nina pada 2015 dan 2016 jauh lebih dahsyat dibandingkan tahun 1997 dan 1998.
Namun, ucap Kuntoro, karena Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai (Upsus Pajale) berhasil, kebijakan impor beras tak dilakukan. Meskipun 2016 masuk beras dari luar negeri 1,5 juta ton, itu merupakan luncuran dari tahun 2015 sebelumnya.
"Bila stok beras Bulog jadi ukuran, maka hari ini ada 2,5 juta ton di gudang. Kondisi stok beras di gudang Bulog menumpuk dan beras impor tahun 2018 tidak terpakai," ujar Kuntoro.
Bahkan, berdasarkan metode baru perhitungan beras oleh Badan Pusa Statistik (BPS) dengan Kerangka Sampling Area (KSA), stok beras tahun 2018 pun masih surplus 3,38 juta, sehingga dapat dikategorikan telah swasembada.
Begitu juga dengan upaya terus memanfaatkan potensi lahan kering dan rawa sebagai bentuk menjaga kemandirian pangan telah dilaksanakan Kementan.
Kuntoro menyebutkan, ada 10 juta hektare lahan kering dan 10 juta hektare lahan rawa potensial dapat dikelola sebagai areal pertanian strategis. Kementan menargetkan, selama tiga tahun optimalisasi lahan kering dan rawa telah dapat dikelola pemanfaatannya dengan baik.
"Diperkirakan sampai 2045, Indonesia membutuhkan tambahan lahan pertanian 14 juta hektare. Dengan pertimbangan pertambahan penduduk 1,3%, alih fungsi lahan 60-90 ribu hektare per tahun dan asumsi produktivitas 5,3 ton per tahun," kata Kuntoro.
Di samping itu, mekanisasi modern dan mencetak regenerasi petani juga dilakukan Kementan. Dengan mekanisasi pertanian yang modern, akan mampu menyelesaikan persoalan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani, sekaligus efisiensi kerja hingga 35-48%.
Sumber daya manusia (SDM) pertanian, ujar Kuntoro, juga faktor penting mempertahankan kemandirian pangan. Oleh sebab itu, Kementan mencanangkan lahir satu juga petani milenial yang ditargetkan tergabung dalam 40 ribu kelompok tani.
"Petani milenial telah tanggap teknologi digital dan alat mesin pertanian. Fasih mengadopsi teknologi informasi dalam beragam aspek bisnis hulu sampai hilir pertanian," kata Kuntoro.
Bukti lain dari telah terwujudnya kemandirian pangan, Kuntoro menyebutkan, PDB pertanian naik Rp400-500 triliun dengan akumulasi mencapai Rp1.370 triliun. Bahkan, PDB pertanian tahun 2018 naik 3,7% dibandingkan 2017. Angka itu telah melebihi batas target yang dicanangkan pemerintah yaitu 3,5%.
Lainnya, Kuntoro menyampaikan, menurunnya inflasi pangan secara signifikan sebesar 88,1%, dari 10,57% (tahun 2014) menjadi 1,26% (tahun 2017), juga menandakan keberhasilan Indonesia merealisasikan kemandirian pangan.
Termasuk juga melonjaknya ekspor komoditas pertanian dari 2013-2018 mencapai 10 juta ton dengan nilai keseluruhan mencapai Rp1.764 triliun.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, mengakui telah berhasilnya pembangunan pertanian yang dikerjakan Kementan dalam beberapa tahun terakhir.
Winarno menuturkan, banyak faktor yang menunjukkan capaian pembangunan kemandirian pangan hasil kerja Kementan sehingga membantah semua tudingan yang tanpa argumentasi valid.