Home Gaya Hidup Marsialop Ari Harian Bolon Edukasi Wisata Budaya

Marsialop Ari Harian Bolon Edukasi Wisata Budaya

Simalungun, Gatra.com - Beberapa petani sedang bahu-membahu memanen padi di sawah di desa Sitinggitinggi, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut). Kebiasaan memanen padi dengan mengandalkan kerjasama antara petani di desa ini telah menjadi tradisi turun temurun.

Itu sebabnya, desa ini didaulat sebagai Kampung Budaya "Ompu Tuan Djorhatim Damanik Sarimatondang". Alasannya, kebiasaan kerjasama dan kolaborasi antara penduduk lokal tetap terpelihara dengan baik dan menjadi budaya.

Kolaborasi ini dinamakan Marsialop Ari Harian Bolon. Bagi masyarakat luas, istilah "Marsialop Ari" sama artinya dengan bergotong royong. Jika Batak Toba ada "Marsiadap Ari"maka di Batak Simalungun namanya "Marsialop Ari".

Baca Juga: Kabupaten Simalungun Penyumbang Sampah Terbesar di KDT

Semangat bergotong-royong inilah yang menjadi rohnya. Penduduk lokal di Kampung Budaya terus memeliharanya dan berupaya agar budaya ini tidak tergerus dikalangan generasi millenial.

Budayawan Simalungun Sultan Saragih mengatakan generasi milenial selama ini tahu 'Marsialop Ari, Haroan Bolon' dari cerita orangtua atau dari tortor Simalungun. Namun pengetahuan itu jarang diterapkan. Sehingga menurut kami, kata Saragih, mempraktekannya secara langsung tradisi ini pasti memberi sensasi tersendiri.

"Merasakan sendiri serta terlibat bagaimana tradisi Simalungun haroan bolon berjalan. Tentu juga tahu manfaat gotong royong dalam kegiatan panen padi. Ini juga bisa sebagai edukasi wisata tradisi Simalungun," terangnya saat ditemui di sawah pada Sabtu (20/7).

Baca Juga: Sejuknya Mata Air Umbul Mabar

Maniti ari atau menghitung hari baik merupakan syarat dasar sebelum memanen padi secara bersama. Usai maniti ari, pemilik sawah mengundang kerabat dan parhuta yakni orang-orang kampung setempat agar bersedia membantu mengerjakan secara bersama-sama memanen padinya.

Kegiatan memanen padi secara gotong royong ini dikerjakan secara rotasi dari satu sawah ke sawah lainnya sampai seluruh sawah selesai dipanen di kampung itu. Petani Desa Sitinggi-tinggi, Diaman Sinaga mengapresiasi menghidupkan tradisi Simalungun ini.

Menurutnya, tradisi "Marsialop Ari" ini bisa menjadi kegiatan wisata yang unik dan berbasis budaya. Teknik dan cara manabi atau memotong padi, mardogei yakni proses pemisahan gabah dari batang padi dengan cara memijak hasil padi yang sudah dipotong. Merupakan atraksi pariwisata yang mempunyai filosofi kuat tentang semangat gotong-royong. "Saat mardogei dinyanyikan nyanyian tradisi Simalungun, diinjak seirama bergantian selang-seling," katanya.

Baca Juga: Gaji Disunat, Ratusan Honorer Pemkab Simalungun Tuntut Bupati Mundur

Setelah bulir-bulir padi terlumpul, kegiatan selanjutnya adalah mamurpur atau menampi. Kegiatan ini biasanya dilakukan berpasangan antara muda-mudi. Mereka harus memisahkan bulir padi dari sisa-sisa sekam dengan cara dikipas menggunakan tampi.

Diakui atau tidak, kini penduduk banyak yang menggunakan mesin agar hasil panen lebih cepat efesien, dan tidak memakan waktu lama. Inilah yang menjadi tantangan bagaimana mengedukasi dan menjadikan tradisi Simalungun ini menjadi kegiatan wisata. "Maka perlu dilakukan edukasi bagi masyarakat dan secara khusus bagi anak-anak muda yang akan meneruskanya," terang Saragih.

Pegiat budaya Simalungun, Julisar Damanik menekankan pentingnya bekerja sama dengan penduduk agar beberapa bagian tradisi Simalungun dapat diawetkan sebagai warisan budaya. Hal ini sekaligus memberi peluang wisata bagi pengunjung minat khusus yang ingin mengenal serta merasakan langsung sensasi tradisi panen padi. Ekonomi kreatif akan berjalan, petani juga mendapatkan penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan bila sudah tersusun jadwal dari jasa travel.

Baca Juga: Perkara Dokumen Palsu Bupati Simalungun Disebut Kejatisu Sudah Kedaluwarsa

"Trend wisata yang mulai berkembang, kini tidak hanya ingin jalan jalan dan foto selfie saja, tapi terlibat dan merasakan langsung kegiatan budaya bersama penduduk lokal. Kita berharap Pemkab Simalungun mendukung kegiatan lokal Sarimatondang berbasis tradisi yang dapat dikemas menjadi wisata budaya," jelasnya Damanik.

Reporter: Jon RT Purba

1921