Yogyakarta, Gatra.com - Karya-karya seni rupa berukuran kecil menjadi jeda di antara riuh pameran seni rupa di Yogyakarta pekan-pekan ini. Dalam dimensi yang terbatas, perupa-perupa muda justru mampu memperluas sajian mereka dengan karya yang segar, detail, juga variatif.
Karya-karya mini di dipertunjukkan ke publik di galeri Miracle Prints, Mantrijeron, Yogyakarta dalam ajang ‘Kecil Itu Indah: Miracle’, sepanjang 19 Juli - 13 Agustus 2019.
Ajang tahunan ini kali ketiga digelar dengan dua helatan sebelumnya menggunakan nama Kecil Itu Indah: After’s Edwin--untuk mengacu dan membedakan dengan ajang dengan judul serupa besutan Edwin Gallery.
Ada 23 seniman terlibat di ‘Kecil Itu Indah: Miracle’ dan mayoritas perupa muda. Seniman sekaligus tuan rumah pameran ini, Syahrizal Pahlevi, gembira atas keterlibatan seniman milenial ini.
“Asyik saja melihat perkembangan ini. Perupa-perupa muda terus berkompetisi, semangat, dan percaya diri. Mereka terus bergerak,” ujar Levi, sapaannya, saat membuka ajang ini, Jumat (19/7).
Baca Juga: Imaji dan Teka-teki di Rumah Restu
Menurut dia, perupa-perupa muda ini tak takut ikut menggarap karya mini yang punya medan pertempuran tersendiri di jagat seni rupa. Kendati demikian, Levi mengakui ada juga seniman yang menawar batas ukuran yang maksimal 30 x30 centimeter untuk karya dua dimensi dan ketebalan yang sama untuk karya tiga dimensi.
“Akhirnya kami bolehkan maksimal 40 centimeter, selebihnya tidak bisa karena harus ada aturan,” tuturnya. Toh, ukuran ini lebih kecil 10 centimeter daripada rata-rata karya di pameran tahun lalu.
Namun matra selebar ubin itu tak membuat para perupa mati kutu dan justru sanggup bermain-main dengan sejumlah medium, pendekatan, hingga ekseksusi karya, bahkan kandungan temanya.
Sejumlah karya berupa lukisan di kanvas mini persegi. Ada yang menampilkan detail pada figur sureal dengan pilihan warna menarik, seperti milik Yanan Desmon Zendrato ‘Blindy’ dan dua karya ‘Tubuh Hasrat dan Perempuan’ milik Edo Pop; hingga muatan pesan lingkungan dalam ‘Eat Your Plastic Things’ #1 dan #2 milik G. Prima Puspita Sari--satu-satunya lukisan dengan kanvas lingkaran dan jadi karya terkecil di ajang ini karena diamaternya 20 centimeter.
Baca Juga: 'Sihir Kata' Lima Milenial di Padepokan Bagong
Lini dua dimensi tak melulu lukisan dan gambar. Ada pula yang mengeksekusinya dengan kain dan benang seperti karya ‘Dancer’ dan ‘Wayang’ oleh Slamet Riadi, atau kelambu dalam ‘Image Face’ dan kawat-kayu di ‘Creature’milik Alie Gopal, hingga keramik di dua seri ‘Reminiscene’ oleh Lelyana Kurniawati.
Pemerhati seni, Yustinan Neni, bercerita bahwa sebagai pengelola galeri Kedai Kebun Forum di Yogyakarta kadang kerap tak mengerti atas kecenderungan baru karya-karya seni kiwari. Untuk itu, ia saya sering merindukan dan mencari karya sederhana.
Tantangan itu, kata dia, juga dihadapi saat menciptakan karya dengan medium berukuran terbatas. Padahal karya-karya berukuran besar kerap juga sekadar perbesaran atas karya yang berukuran standar dan ukuran gigantik itu tak mengemban suatu konsep tertentu.
Di situlah kekuatan karya-karya di pameran 'Kecil Itu Indah: Miracle' ini karena dimensi yang terbatas justru menantang seniman untuk menyuguhkan detail. “Jargon kecil itu indah itu klise, tapi oke utuk melatih sensitivitas dan intimacy atas suatu karya,” kata Neni saat membuka pameran.