Jakarta, Gatra.com - Dalam upaya menggenjot produktivitas tanaman perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengembangkan varietas-varietas unggulan.
Upaya tersebut disebabkan oleh beredarnya benih-benih varietas unggul yang tidak berkualitas. "Atas arahan Bapak Presiden, beliau banyak menerima laporan perkebunan holtikultura dengan menanam bibit sembarangan, sehingga produksinya jauh di bawah rata-rata," ungkap Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dalam acara peluncuran BUN500, Palangkaraya, Kamis (18/7).
Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengungkapkan, bahwa varietas-varietas unggul tersebut dikembangkan melalui persilangan dan rekayasa genetika. Kemudian, varietas-varietas tersebut dilepas secara massal.
Fadjry mencontohkan pihaknya mengembangkan kakao DL 50 dengan produktivitas 2,7 ton per hektar. Padahal, produktivitas rata-rata kakao hanya 0,8 ton per hektar.
"Tapi diukur dengan budidaya yang baik. Tanpa dipupuk tidak bisa. Rekomendasi pupuk, pemangkasan, dan sebagainya harus sesuai anjuran," terangnya kepada Gatra.com.
Menurutnya, petani seringkali membiatkan tanamannya tidak dipelihara. Ia mencontohkan tanaman kakao yang tidak dipangkas akan lebih mudah diserang hama.
Kemudian, Fadjry mengaku pihaknya tidak bisa bekerja sendiri. Ia meminta pemerintah daerah dan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) untuk bersama-sama membimbing dan mengedukasi petani.
"Teknologi bisa dari mana saja, bisa dari balitbangtan atau perguruan tinggi. Tinggal bagaimana mensupport (mendukung) itu," ujarnya.