New York, Gatra.com - Teknologi 5G menghasilkan radiasi gelombang milimeter energi yang tinggi. Melihat hal ini, sempat muncul kritik di internet bahwa teknologi 5G berpotensi berbahaya bagi manusia.
Seperti teknologi seluler sebelumnya, 5G juga menggunakan gelombang radio untuk mengantarkan data. Perbedaannya adalah di sisi kecepatan. Tetapi apakah sebenarnya berbahaya?
"Sering ada kebingungan antara radiasi ion dan non-ion karena istilah radiasi memang digunakan untuk keduanya," kata Kenneth Foster, seorang profesor bioteknologi di Pennsylvania State University, seperti dikutip laman livescience.com., Kamis (18/7).
Pada dasarnya, semua cahaya adalah radiasi, hasil paparan ionisasi-lah yang bisa membuatnya menjadi berbahaya karena bisa menghancurkan keterikatan kimia. Radiasi ion adalah alasan kenapa kita memakai tabir surya di luar karena sinar ultraviolet gelombang pendek dari langit memiliki energi yang cukup untuk melepas elektron dari atomnya, merusak sel-sel kulit dan DNA.
Gelombang milimeter, di sisi lain, tidak terionisasi karena memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dan tidak cukup energi untuk merusak sel secara langsung. Menurut Hazard, satu-satunya bahaya radiasi non-ion yang bisa ditimbulkan adalah terlalu banyak pemanasan.
Pada tingkat paparan tinggi, energi frekuensi non-ion ini memang bisa berbahaya, dapat menghasilkan luka bakar atau kerusakan termal lainnya, tetapi paparan ini biasanya hanya terjadi pada pengaturan untuk kepentingan kerja di dekat pemancar frekuensi radio berdaya tinggi.
Banyaknya pandangan publik atas keprihatinan efek teknologi 5G dibawa dari generasi sebelumnya dalam teknologi seluler. Meskipun begitu, kaum skeptis percaya paparan radiasi non-ion mungkin masih bertanggung jawab untuk berbagai penyakit, dari tumor otak hingga sakit kepala kronis. Selama bertahun-tahun ada ribuan penelitian yang menyelidiki masalah ini.
Pada 2018, Program Toksikologi Nasional Amerika Serikat merilis penelitian yang dilakukan selama satu dekade yang menemukan beberapa bukti peningkatan tumor otak dan kelenjar adrenalin pada tikus jantan yang terpapar radiasi non-ion yang dipancarkan oleh ponsel 2G dan 3G, tetapi tidak pada tikus atau tikus betina.
Foster tidak setuju dengan banyak kesimpulan yang skeptis tentang generasi jaringan seluler sebelumnya yang menyimpulkan bahwa radiasi non-ion itu berbahaya, Foster menyarankan bahwa kita tetap perlu penelitian lebih lanjut tentang potensial dampak kesehatan dari jaringan 5G.