Seoul, Gatra.com - Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengungkap tingkat kekurangan gizi dan penyakit sedang meningkat di Korea Utara. IFC menyebutkan kekurangan gizi terjadi karena Korut berkali-kali menghadapi gagal panen.
Kepala Kantor IFRC di Korea Utara, Mohamed Babiker mengatakan kekeringan di Korut membawa dampak bagi masyarakat kecil di Korut. "Tingkat kekurangan gizi dan penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare dan radang usus terus meningkat," terangnya dilansir Reuters, Kamis (18/7).
Curah hujan di Korut telah menurun lebih dari 30% tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Badan bantuan internasional serta media pemerintah setempat melaporkan Korut dilanda cuaca yang tidak menentu hingga menyebabkan kekeringan dan banjir di beberapa wilayah.
Cuaca buruk itu berdampak pada krisis pangan di negara yang dipimpin Kim Jong Un tersebut. Badan Intelijen Korea Selatan mengatakan kepada anggota parlemen pada Selasa lalu (16/7) bahwa kekeringan telah memperparah ekonomi Korut yang tengah dihantam defisit perdagangan, defisit mata uang asing, dan krisis keuangan akibat sanksi internasional.
Untuk membantu mengatasi kekeringan pada Mei lalu IFRC telah menyumbangkan pompa air bergerak senilai 250.000 franc Swiss (US$ 253.787) yang diharapkan bisa melipatgandakan hasil panen di area yang ditargetkan.
"Pompa air dan pasokan irigasi dapat membuat perbedaan yang signifikan," kata Babiker. Ia menegaskan dana tambahan dikucurkan hingga 472.000 franc Swiss (US$479.284) untuk sektor pertanian dan sanitasi.
Di sisi lain, Korea Selatan berencana menyumbangkan US$4,5 juta kepada Program Pangan Dunia (WFP) dan mengumumkan akan menyumbang 50.000 ton beras ke Korut.
Kantor Berita Korea Utara (KCNA) melaporkan kampanye untuk mengurangi dampak kekeringan sedang dilakukan dengan upaya menggali kanal dan sumur, memasang pompa-pompa baru, hingga pengangkutan air dengan kendaraan.
Siaran televisi Korut pada Senin lalu juga memperingatkan kerusakan yang mungkin timbul di musim hujan mendatang. Terlebih Korut telah dihadang banjir Juni lalu dimana bangunan dan desa terendam, rumah-rumah hancur oleh tanah longsor.
Korut juga pernah mengalami kelaparan sporadis, menurut para ahli yang berbasis di Korsel. Tahun 1990-an kelaparan nasional di Korut bahkan menewaskan satu juta orang.
Meski sedang dilanda krisis, pemerintah Korut seakan menutup mata. Pusat Studi Pertahanan Tingkat Lanjut (C4ADS) yang berbasis di Washington mengungkap borok pemerintahan Korut. Menurut laporan yang telah beredar, negara tersebut terus mengimpor barang-barang mewah bernilai jutaan dolar, termasuk dua mobil limusin lapis baja yang masing-masing bernilai US$ 500.000.