Jakarta, Gatra.com - PT PAL Indonesia (Persero) menandatangani nota kesepahaman dengan Thorcon International Pte, Ltd. (Thorcon) untuk membuat pembangkit listrik tenaga thorium (PLTT) yang merupakan penghasil energi nuklir.
PT PAL yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi kapal laut untuk militer maupun sipil ini pertama kali turut serta dalam proyek energi nuklir. Apa yang membuatnya tertarik?
"Secara jangka panjang dari sisi demand dalam negeri untuk ini sangat tinggi. Yang kedua saya ada kesempatan untuk investasi lagi, karena pasarnya sudah kelihatan," ucap Direktur General Engineering PT PAL Indonesia, Sutrisno ketika memberi pernyataan pers di Gedung World Trade Center (WTC), Jakarta, Rabu (17/7).
Sutrisno mengatakan, sebagai industri pertahanan akan membuat model bisnis semacam spin-off di sektor energi. Ini sebagai cikal bakal planning development PT PAL Indonesia. Menurutnya, siapa yang bergerak sebagai pihak pertama dalam PLTT berkesempatan menjadi besar.
"Saya sudah campaign ke mana-mana, Indonesia dengan permintaan listrik yang sangat tinggi, kita selama ini jadi penonton. Apa mau kita jadi penonton saja?" kata Sutrisno.
"Sukses bisnis PT PAL ke industri energi ini," kata Sutrisno. Menurutnya, upaya untuk membangun PLTT ini lebih mudah ketimbang membangun kapal selam, secara teknis. Problem besarnya saat ini hanyalah adalah di ketersediaan dry dock untuk pengangkut PLTT, karena PLTT ini rencananya akan ditempatkan di laut dan terapung.
"Lebar yang dibutuhkan adalah 66 meter lebih. Saat ini di Batam ada yang 60-80 tapi SDM-nya sangat terbatas," katanya.
Sutrisno kembali melakukan penegasan, PT PAL yakin market di sektor energi nuklir ini sangat kuat di Indonesia, dan ke depannya bisnis di bidang ini akan berkembang.