Jakarta, Gatra.com - PT PAL Indonesia (Persero) dan Thorcon International Pte, Ltd. (Thorcon) menjalin kerja sama untuk melakukan kajian pengembangan dan konstruksi reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT). Pihak Thorcon mengatakan penggunaan zat berbahan nuklir (thorium) dalam proyek PLTT tersebut relatif aman.
"Reaktor ini berbahan bakar cair namanya molten salt. Karena dia bentuknya cairan, titik didihnya 1.400 celcius maka menyebabkan dia tidak perlu diberikan tekanan," ucap Kepala Perwakilan Thorcon, Bob S. Effendi dalam sesi jumpa pers di gedung World Trade Center (WTC), Karet, Jakarta, Rabu (17/7).
Dengan tidak adanya fungsi tekanan, maka faktor risiko ledakan seperti tragedi Fukushima dan Chernobyl tidak akan terjadi. Teknologi tersebut pertama kali dicoba oleh Amerika pada tahun 1965-1969, dan sudah beroperasi lebih dari 13.000 jam.
"PLTT ini juga lebih murah dibandingkan reaktor nuklir lain. Karena tidak ada tekanan tadi, perangkat baja dan semua perangkat yang ada di dalam reaktor ini juga tidak membutuhkan baja yang tebal," ujar Bob.
Ketebalan reaktor yang digunakan pada PLTT ini hanya 20 milimeter, berbeda dengan reaktor PLTN dan fasilitas lainnya yang memiliki ketebalan baja lebih besar.
"Jadi teknologi molten salt ini membawa dua hal, yaitu lebih murah dan lebih aman," kata Bob.
PLTT tersebut memiliki konsep desain modular dengan kapasitas tiap reaktor 250 MWe yang dapat dioperasikan multimode, baik sebagai baseload atau load follow. Pihak Thorcon sendiri telah menyatakan keseriusannya kepada Pemerintah untuk melakukan investasi sebesar Rp17 triliun untuk membangun PLTT di Indonesia. PLTT tersebut direncanakan digunakan secara komersial pada 2026.