Home Kesehatan Dukun Beranak Bisa Diberdayakan Mendampingi Persalinan

Dukun Beranak Bisa Diberdayakan Mendampingi Persalinan

Jakarta, Gatra.com – Menteri Kesehatan RI (Menkes), Nila Moeloek menanggapi tenaga kesehatan maupun anak-anak muda yang mengikuti program Pencerah Nusantara untuk memahami budaya di daerah, tempat mereka diterjunkan. 

Seperti fenomena dukun beranak untuk membantu proses persalinan ibu melahirkan sudah ada sejak lama dan membudaya. Sampai saat ini, masyarakat di daerah masih menggunakan jasa dukun beranak ketika melahirkan.

Diketahui, program Pencerah Nusantara ini merupakan sebuah model intervensi berbasis tim yang dibentuk oleh Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millenium Development Goals yang bekerja sama dengan lembaga Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan dan pendampingan masyarakat.

“Saya pernah melihat di suatu daerah, ada seorang bidan yang justru merangkul dukun beranak untuk memberikan ketenangan pada ibu yang hendak melahirkan. Tentunya si dukun beranak itu tetap berada di samping ibu untuk memberikan penguatan saja, bukan melakukan proses persalinan,” ujarnya saat Konferensi Pers acara diskusi dan paparan publik Pencerahan Nusantara di Gedung LIPI, Jakarta Selatan, Rabu (17/7).

Ia menuturkan, kehadiran dukun beranak di beberapa wilayah sudah menjadi bagian dari suatu budaya yang dibentuk oleh sebuah kelompok maupun lingkungan. Dukun itu, lanjutnya, memang mendekati secara perorangan.

“Mereka menyentuhnya secara individu, tetapi mereka tidak punya pengetahuan kesehatan secara profesional. Dalam hal ini, ikatan bidan Indonesia tetap merangkul, bahkan mengajarkan kebersihan dan mendorong anak-anak mereka untuk sekolah kebidanan supaya punya masa depan lebih baik,” terangnya.

Nila mengaku, keberadaan dukun beranak ini bukanlah tantangan. Justru anak-anak muda yang mengikuti program Pencerah Nusantara dapat menjadikan dukun beranak sebagai peluang berintegrasi. “Kita yang sudah berpendidikan harus melihat dengan jeli fenomena ini. Fenomena ini dinamakan aspek sosiobudaya yang harus kita pahami dan sinergikan,” tambahnya.

 

684

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR