Jakarta, Gatra.com - Direktur PT. Merck, Evie Yulin, mengungkapkan bahwa di Indonesia masih ada sekitar 17 juta masyarakat yang terdeteksi penyakit tiroid
“Penyakit tiroid ini menempati peringkat kedua dengan penderita terbanyak setelah diabetes di Indonesia,” kata Eva dalam diskusi Interaktif tentang waspada gangguan penyakit tiroid, di Auditorium G.A. Siwabessy, Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, Rabu (18/7).
Evie mengatakan, peningkatan akses masyarakat untuk mendeteksi tiroid telah diupayakan dari berbagai pihak, namun sejauh ini memang belum berjalan maksimal.
"Seluruh pihak harus bergerak untuk mencegah gangguan tiroid," lanjut Evie.
Evie menyebut hampir 60% dari masyarakat di seluruh Indonesia yang hidup dengan gangguan tiroid, namun tidak terdiagnosis secara baik.
“Penyakit tiroid sendiri bersumber dari kelenjar tiroid yang berada di sekitar tenggorokan. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon untuk memacu pembentukan kalori, metabolisme, memacu pertumbuhan dan perkembangan,” tuturnya.
Evie mengungkapkan, penyebab gangguan kelenjar karena tiroid bisa terjadi akibat kekurangan yodium, infeksi, tumor, dan kista tiroid. Akibatnya, akan terjadi pembesaran pada kelenjar tiroid.
“Secara umum, gejala penyakit tiroid bisa dideteksi dari berbagai gejala diantaranya sering merasalelah, selalu gugup, sering depresi, susah untuk buang air besar, mudah lelah, detak jantung kencang, dan kulit kusam,” katanya.