Palembang, Gatra.com – Ketua Tim PKK sekaligus Bunda baca Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel, Thia Yufada menginisiasikan pelatihan pembuatan buku bagi ana-anak bagi jenjang Sekolah Dasar (SD). Pelatihan menulis ini bertujuan membentuk pola fikir anak didik sedari dini terutama kelas 4, 5, dan 6 SD.
Dikatakannya, pelatihan pembuatan buku anak ini bermula dari pengalamannya pada kedua putri kembarnya, Aletta dan Attalie yang mengeyam pendidikan di SD Menteri Nasional. Di sekolah tersebut dikenalkan kurikulum yang sudah meluncurkan buku cerita anak.
“Di sekolah itu, Bapak J. Praboantoro yang sekaligus penulis membuat kurikulum bagaimana anak-anak dibimbing membuat cerita berdasarkan imajinasinya. Masing-masing anak akan mengambil sudut pandang (engle) yang berbeda. Misalnya, ada satu tema besar, lalu anak-anak dipersilahkan mengembangkan tulisannya, dengan terus dirangkul dan dibimbing,” ungkapnya Selasa (17/7).
Dikatakannya, dari pengalaman tersebut dia melihat proses menulis cerita dari anak-anak. Proses belajar menulis akan membentuk pola fikirnya, dan hasil penulisan tersebut dibukukan. “Tentu menjadi kebanggan bagi anak, jika di toko buku nantinya, ada buku mereka, ada cerita mereka yang diterbitkan,” sambungnya.
Istri Bupati Muba sekaligus Women insipiration 2019 ini mengungkapkan, belajar menulis akan mengajarkan anak untuk menghargai imajinasinya, menuangkan ide dalam bentuk kalimat dan terpenting sudah mengajarkan kebiasaan anak menulis sedari dini. “Menulis dengan bahasa dan tuturu yang baik, akan menjadi bekal mereka guna pendidikan yang lebih tinggi, misalnya skripsi, karya ilmiah dan lainnya,” ungkap Thia.
Pengenalan kebiasan menulis ini pun bermula dari budaya membaca. Anak-anak pada saat ini lebih mudah mengakses informasi dari ponsel yang sudah terhubung fasilitas wifi. Di media itu, anak-anak bisa memperoleh berbagai pengetahuan. “Terpenting, kita juga memantau apa-apa yang dibaca oleh anak-anak. Jika penulisan buku ini sudah diterbitkan, tentu menjadi sumber bacaan pada kalangan seusia mereka,” sambungnya.
Thia juga mengatakan, pada prinsipnya setiap orang bisa menulis dan berdiskusi. Setiap orang akan bisa menuangkan imajinasi ke tulisan. Saat pelatihan menulis cerita diminati oleh anak-anak, maka mudah-mudahan mereka bisa jadi seorang penulis. Akan tetapi, pengenalan pada budaya menulis ini bisa menjadi pengalaman tersendiri. “Setiap anak-anak akan belajar menghargai sebuah proses, bagaimana sulit menulis dan menuangkan imajinasinya,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Muba Musni Wijaya mengatakan pelatihan sudah berlangsung sejak Senin, 15 Juli, dan diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari 30 sekolah dasar di Kecamatan Sekayu. Dalam kegiatan itu, disampaikan pembelajaran diskusi, permainan, menulis cerita dan sebagainya. “Kegiatan ini bakal ada sesi lanjutan. Kami fikir pelatihan pembuatan buku bukan hanya untuk jenjang SD tapi bisa diterapkan pada jenjang SMP,” katanya.