Jakarta, Gatra.com - Penyakit anemia di Indonesia masih menjadi momok yang menakutkan. Terlebih bila penderitanya adalah remaja putri. Hal tersebut tentu akan berdampak buruk saat mereka hamil dan melahirkan. Selama ini anemia menjadi salah satu faktor penyebab tidak langsung dari kasus kematian ibu hamil.
“Angka remaja putri yang mengalami anemia semakin meningkat, ditambah lagi tingginya pernikahan dini membuat ibu-ibu muda berisiko pada kematian. Ibu melahirkan kalau yang tidak anemia pasti ada perdarahan, keluar darah. Sementara, kasusnya pada yang anemia akan menyebabkan perdarahan semakin parah dan bisa sampai kehabisan darah,” ucap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Timur, drg. Vitria Dewi di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (16/7).
Oleh karenanya ia mendorong para remaja putri untuk menjaga pola hidup sehat dan menjauhkan diri dari potensi terkena anemia. "Mereka itu calon ibu, supaya kalau nanti saatnya jadi ibu, mereka dapat melahirkan dengan selamat dan bayinya sehat," ujar Vitria.
Sementara itu, Presiden dan CEO Nutrition International (NI), Joel Spicer mengungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukannya, sebanyak 40% remaja putri diketahui mengidap anemia dan persebarannya ada di seluruh daerah di Indonesia. Dari sampel yang diambil oleh NI di Jawa Timur, terdapat beberapa daerah yang memiliki banyak penderita anemia di antaranya Lumajang, Probolinggo, Ponorogo, Bangkalan, serta Sampang.
Secara umum, kebutuhan zat besi (Fe) untuk ketersediaan darah remaja usia 13-18 tahun adalah 26 miligram per hari. Bila asupan itu tidak terpenuhi akan mengakibatkan tingginya potensi penderita anemia. Joel mengatakan sejauh ini NI sudah berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan remaja putri di Indonesia memiliki akses suplementasi tablet tambah darah (TTD) mingguan untuk memerangi anemia.
“Di samping itu, kita juga memberikan pelatihan staf dinas-dinas terkait dan guru untuk mendukung, membuat perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Serta mengembangkan media komunikasi untuk membekali peserta didik, guru dan anggota masyarakat lain tentang pengetahuan yang tepat mengenai gizi baik dalam pencegahan anemia,” katanya lagi.