Jakarta, Gatra.com - Presiden Jokowi meminta kementerian dan lembaga terkait mengantisipasi risiko gagal panen di tanah air akibat musim kemarau.
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau 2019 akan lebih kering dari tahun dibanding sebelumnya. Puncak musim kemarau akan berlangsung dari Agustus sampai September.
“Saya minta risiko gagal panen bisa dihindari, diantisipasi,” ujar Jokowi dalam rapat terbatas membahas dampak musim kemarau di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (15/7).
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga menekankan pentingnya penyediaan air bersih bagi masyarakat selama musim kemarau 2019. Serta melakukan modifikasi cuaca dengan hujan buatan bagi daerah yang terdampak.
“Kalau perlu modifikasi cuaca dan pembangunan sumur bor,” pungkas Jokowi.
Sementara itu, sejumlah kepala daerah telah mengajukan permohonan hujan buatan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sampai dengan 15 Juli 2019, BNPB mendata sebanyak 1.963 desa di 79 kabupaten mengalami kekeringan. Mayoritas berada du Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Sudah ada beberapa permohonan kepala daerah untuk hujan buatan. Tadi arahan Presiden Jokowi ke BNPB untuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan bantuan hujan buatan,” Kepala BNPB, Letjen Doni Monardo.