Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Aspek ini sangat strategis dalam menjalankan revolusi industri 4.0.
"Setelah pembangunan inftrastruktur, tekad pemerintah adalah membuat pembangunan sumber daya manusia sebagai prioritas," kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri dalam acara Sosialisasi Agrienterpreunership di Kementan, Jakarta, akhir pekan lalu.
Untuk itu, kata Kuntoro dalam keterangan tertulis, Senin (15/7), pemerintah terus mengadakan berbagai kegiatan bimbingan teknis, serta melengkapi bantuan alat dan mesin (alsintan) pertanian untuk membantu meningkatkan produktivitas petani.
"Pola ini memudahkan generasi muda yang bisa mengendalikan mesin tanpa harus berkubang dengan lumpur. Di sisi lain, perbaikan ini telah selesai dilakukan saat ini," kata orang.
Sementara itu, di tempat-tempat yang terpisah, Erizal Jamal, Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementan, menjelaskan, ke depan pihaknya juga berharap akan membangun standardisasi profesi petani yang dipertemukan dengan profesi lain.
Patokan standardisasi ini, kata Erizal, disetujui tentang pendapatan dan pendapatan yang diterima. Di samping itu, profesi ini juga akan menjadi acuan utama dalam membuat program dan kegiatan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan.
“Upaya ini telah memiliki landasan hukum dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Sementara dalam tataran praktis, upaya ini dilakukan dalam bentuk pengembangan hubungan petani yang dilakukan bersama dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 / Permentan / RC.040 / 4/2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani.
"Beberapa waktu lalu gambar petani masih terdiri dari suram, yaitu kelompok berpenghasilan rendah, bekerja di tempat yang kotor dan sangat lekat dengan kemiskinan. Tapi melalui mekanisasi dan standarisasi semuanya berubah menjadi lebih keren," katanya.
Sekadar diketahui, implementasi mekanisasi ini salah satunya adalah program kelahirannya Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI) yang telah menggunakan korporasi agar dapat memaksimalkan potensi yang ada.
"Seperti kata Pak Menteri, pekerjaan sebagai petani adalah profesi yang bisa membawa pelakunya hidup sejahtera. Fakta menunjukkan sebagian besar orang terkaya di Indonesia adalah usahanya adalah pertanian," katanya.
Terkait hal ini, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Prof. Luthfi Fatah, mendukung upaya pemerintah dalam mentransfomasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern.
Menurutnya, langkah tersebut sangat tepat untuk memengaruhi minat anak muda agar terjun langsung ke sektor pertanian. "Bonus demografi ini adalah peluang yang sangat bagus jika dibarengi dengan pengelolaan sumber daya manusianya. Dalam hal ini, programnya Pak Menteri [Amran Sulaiman] soal mekanisasi sangat bagus dan membuka mata anak muda," katanya.
Meskipun demikian, Luthfi menambahkan mekanisasi yang harus diikuti dengan inovasi baru untuk mendorong usaha. "Sebab jika dari penelitian yang kami kembangkan, jiwa usaha anak muda sekarang sangat kurang. Makanya harus di-imprup menerima mereka kembali," katanya.