Semarang, Gatra.com – Dalam serangkaian acara Marung Seni #3 muncul wacana mengenai seni dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat. Wacana itu mengemuka pada sarasehan yang berlangsung pada Sabtu (13/7), malam di halaman rumah Jamal, warga Dukuh Gebyog, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Sarasehan bertajuk “Fungsi Seni di Masyarakat” ini menghadirkan Djoened Koes (Ketua RT 03 Gebyog Patemon), Daniel Hakiki (Seniman), dan Adin (Perwakilan Kolektif Hysteria) sebagai pembicara. Serta mahasiswa Jurusan Bahasa Jawa Universitas Negeri Semarang, Danang Cahya Firmansyah, menjadi moderator.
Daniel menyatakan, fungsi seni adalah mencapai manusia sempurna. “Seni, salah satu fungsinya untuk mencapai manusia yang sempurna, yaitu mengasah rasa. Karena jika tidak, kita akan selalu berpikir dengan indeks-indeks, angka-angka, pola-pola yang kita sebut hari ini ilmiah. Dan rasa menjadi sesuatu yang terabaikan,” tuturnya.
Adin pun berujar, seni memiliki manfaat di luar nilai ekonomi (beyond economic value). Menurutnya, manfaat seni tersebut membuat Hysteria tetap bertahan hingga sekarang.
“Semua anggota bekerja di tempat lain-lain, dan enggak dapat uang dari Hysteria. Tapi tak bisa ditinggal, jadi enggak kapok bikin acara, pasti ada acara terus. Enggak ada urusan ada uang atau enggak ada uang. Sebetulnya kebermanfaatannya itu lebih penting,” ujarnya
Warga Gebyog, yang telah mengikuti Marung Seni sebelumnya, menyampaikan testimoni tentang manfaat seni dalam pembentukan karakter. Kendati demikian, sarasehan tersebut menyisakan kegelisahan.
Mereka gelisah mengenai penyelenggaraan Marung Seni selanjutnya. Hal itu dilontarkan warga baru Kampung Gebyog, Afiq, sesaat sebelum moderator mengakhiri sarasehan.
Purnama Aji (MBG-Smg)