Solo, Gatra.com – Lima mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menciptakan semprotan anti-nyamuk dengan bahan dasar kotoran kerbau. Karya ini menyabet penghargaan sebagai juara pertama dalam Japan Design, Idea & Invention Expo di Tokyo bulan lalu.
Semprotan pengusir nyamuk bernama Bongi, akronim dari 'kebo wangi' itu, buah karya mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sofia Oka Rodiana dan empat mahasiswa Fakultas Pertanian, yakni Rizhal Akbar Jaya Pratama, Nor Isnaeni Dwi Arista, Rahma Amira Zhalzabila Wakak Megow, dan Hifqi Himawan.
Baca Juga: Musuh Petani Ini Kini Jadi Aneka Pupuk
Sofia menjelaskan, penelitian tersebut bermula setelah melihat banyak kotoran kerbau yang kurang termanfaatkan. Kotoran kerbau selama ini hanya digunakan untuk pupuk organik dan biodiesel.
”Sudah banyak penelitian dan pemanfaatan kotoran kerbau untuk pupuk dan biodiesel. Makanya kami coba pemanfaatan dalam hal lainnya,” ucap Sofia saat ditemui di kampus UNS, Sabtu (13/7).
Tim UNS lantas punya ide untuk menjadikan gas dalam tahi kerbau sebagai bahan alat semprot. Mereka mengombinasikan gas tahi kerbau dengan berbagai bahan alam, seperti daun kemangi dan daun jeruk, guna menangkal bau kotoran kerbau yang amat menyengat.
”Kalau dalam iklan obat nyamuk orang lebih mengenal tanaman lavender sebagai penangkal nyamuk, sebenarnya kemangi dan daun jeruk juga memiliki khasiat yang sama. Ternyata kedua bahan ini efektif untuk menghilangkan bau kotoran kerbau,” ucap Sofia.
Baca Juga: Paduan Suara UNS Berlaga di Italia
Gas kotoran kerbau dinilai sangat efektif mengusir nyamuk karena memiliki tekanan tinggi. Kotoran kerbau juga berpotensi dimanfaatkan dalam industri lain.
Mahasiswa UNS melakukan uji coba berkali-kali untuk menghilangkan bau kotoran kerbau. ”Setelah beberapa kali percobaan kami akhirnya berhasil. Kuncinya ada pada proses fermentasi kotoran kerbau. Semakin lama baunya akan semakin hilang,” ucapnya.
Dari penelitian ini, tim UNS mampu lolos ke tahap awal ajang kompetisi riset Japan Design, Idea & Invention Expo di Tokyo bulan Juni lalu. Mereka pun berangkat ke Jepang untuk mempresentasikan penelitian obat nyamuk dari tahu kerbau ini.
”Namun ada kendala saat akan terbang ke Jepang. Kami ditahan oleh petugas imigrasi karena membawa botol semprot yang seharusnya tidak diperbolehkan masuk pesawat,” ucapnya.
Meski sudah ada izin dari pihak universitas, mereka harus memberi penjelasan panjang soal riset dan kompetisi di Jepang tersebut. ”Akhirnya setelah panjang lebar, kami diperkenankan membawa lima botol spray itu naik pesawat,” ucapnya.
BacaJuga: DILAN Ramah Lingkungan dari Universitas Ahmad Dahlan
Saat pulang pun, kelimanya kembali dipersulit petugas imigrasi Jepang. Namun tak seberuntung ketika berangkat, mereka terpaksa harus meninggalkan lima botol spray hasil penelitian di negeri matahari terbit itu.
”Sebab pihak universitas hanya memberikan surat keterangan berbahasa Indonesia, sehingga petugas imigrasi di Jepang tidak paham. Kelima botol itu tidak bisa kami bawa pulang,” ucapnya.
Kepala Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS Sri Mulyani mengapresiasi prestasi lima mahasiswa itu. Apalagi selama ini sangat minim riset menggunakan kotoran kerbau.
”Apalagi populasi kerbau tidak sebanyak sapi, sehingga penelitian mengenai kotoran kerbau lebih sedikit,” ucapnya.