Idlib, Gatra.com - Serangan pesawat udara militer Rezim Bashar Assad dan Rusia telah menewaskan sedikitnya 8 orang di wilayah utara Idlib dalam dua hari terakhir. Total 11 orang tewas di berbagai daerah di provinsi Idlib hingga hari Sabtu (13/7).
Menurut kelompok relawan White Helmets, seorang wanita dan seorang anak ikut tewas akibat serangan udara di Kota Kafarya di Idlib timur. Kemudian 11 orang terluka, termasuk seorang relawan White Helmet.
Sebelumnya, serangan udara di Kota Khan Sheikhoun menewaskan sedikitnya 6 orang, termasuk 4 anak-anak dan 2 wanita ketika rumah mereka menjadi sasaran. Serangan itu terjadi sehari setelah serangan serupa menewaskan sedikitnya 11 orang di berbagai bagian Provinsi Idlib dan Hama.
Pada hari Jumat (12/7), 6 orang tewas di Ariya, 3 di Maart al-Numan, 1 di Idlib, dan 1 di Kafr Zita, Hama. Setidaknya 45 orang terluka dalam serangan itu.
Pekan lalu, Syrian Network for Human Rights (SNHR), yang memantau korban mengatakan bahwa 130 anak-anak termasuk di antara 544 warga sipil yang tewas dalam ratusan serangan yang dilakukan oleh jet Rusia dan tentara Suriah.
Sementara itu, 2.117 orang lainnya terluka sejak dimulainya serangan jet Rusia terhadap benteng yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah.
Jet tempur Rusia bergabung dengan pasukan Suriah pada 26 April dalam serangan terhadap Idlib yang dikuasai pemberontak yang berdampingan dengan Provinsi Hama Utara. Serarangan itu merupakan eskalasi terbesar dalam perang antara pasukan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dan para pejuang pemberontak sejak musim panas lalu.
Bulan lalu, Human Rights Watch mengatakan, berdasarkan laporan dari para responden dan saksi pertama, operasi militer gabungan Rusia-Suriah menggunakan bom klaster dan senjata pembakar dalam serangan bersama dengan senjata peledak besar yang dijatuhkan dari udara.
Tentara Suriah dan sekutunya Rusia membantah tuduhan itu. Moskow mengatakan, pasukannya dan tentara Suriah menangkis serangan oleh pejuang al-Qaeda yang menghantam daerah padat penduduk dan daerah-daerah yang dikuasai pemerintah. Mereka juga menuduh pemberontak melanggar kesepakatan gencatan senjata yang disepakati tahun lalu antara Turki dan Rusia.
Menurut PBB, lebih dari 23 rumah sakit telah dilanda serangan sejak serangan terhadap Idlib dimulai pada akhir April.
Terkait konflik bersenjata tersebut, 11 Kepala organisasi kemanusiaan global pada bulan lalu telah memperingatkan bahwa Idlib yang merupakan rumah bagi tiga juta warga sipil dan satu juta anak-anak sedang berada di ambang bencana.
"Sudah terlalu banyak yang mati dan meski perang memiliki aturan, mereka pasukan pemerintah dan sekutu tetap menyerang rumah sakit, sekolah, dan pasar," demikian pernyataan organisasi yang didukung PBB itu dikutip dari Aljazeera, Minggu (14/7).