Semarang, Gatra.com – Warga Gebyog melanjutkan rangkaian Marung Seni #3 pada Jumat (12/7), malam di Dukuh Gebyog, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Anak-anak perempuan Gebyog memulai kegiatan malam pertama Marung Seni #3 dengan tarian modern. Selanjutnya, warga Gebyog dan para pengunjung Marung Seni #3 menyaksikan dua film yang diperankan anak-anak kampung setempat. Kedua film tersebut adalah “Bukit Tengkorak” dan “Laskar Egrang”.
Selepas itu, pada pukul 21.30 WIB, mereka mengikuti sarasehan bertajuk “Mbalekke Banyu” (Tata kelola air).
Gunawan Budi Susanto—atau yang kerap disapa Kang Putu, bertindak sebagai moderator. Adapun pembicaranya adalah Pak Pi (warga Gebyog), Biato (Ketua Paguyuban Gebyog Rukun), Gun Retno (Sedulur Sikep Sukolilo Pati), dan Bosman Batubara (Geolog, mahasiswa Delft Belanda).
Pak Pi mengawali sarasehan dengan cerita tentang persoalan air sejak pembangunan perumahan di sekitar Gebyog. Selanjutnya, Gun Retno dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) mengemukakan persoalan dia hadapinya sehubungan dengan kedatangan pabrik semen di tempatnya.
Bosman Batubara juga berbagi kisah. Dia menceritakan solidaritas warga di tempatnya yang menolak pertambangan emas di Bukit Barisan. Selain itu, juga menyampaikan upaya-upaya yang bisa dikerjakan warga Gebyog dalam mengatasi persoalan air.
“Dengan akses internetnya yang bagus, anak-anak muda Gebyog dapat mencari informasi mengenai persoalan-persoalan air yang dihadapi,” ujar Bosman.
Sebelum sarasehan usai, peserta disuguhi musik kontemporer oleh TRI Bedebah. Rangkaian Marung Seni #3 akan dilanjutkan dengan acara “Menggambar Bersama” oleh Kelompok Anak Kampung Gebyog pada Sabtu (13/7), pukul 15.30 WIB. Marung Seni #3 direncanakan berlangsung selama tiga hari, hingga Minggu.
Purnama Aji (MBG-Smg)